Pertumbuhan Semu

*PSEUDO GROWTH*

Kang Rendy Business Notes,
25 September 2019

*Subscribe* >> http://bit.ly/gabungkrbn

**********
Di dunia yang makin terbuka seperti ini, kehidupan anak manusia bak etalase yang bisa dijamah setiap orang. Rangkaian kegiatan personal di linimasa Instagram, atau pencapaian yang di post di FB, terkadang membuat manusia terkesima.

Sayangnya, tidak semua yang dilihat sebenarnya sesuai dengan yang sebenarnya. Sawang sinawang. Begitu istilah arif nya. Hidup ini suka tertipu mata.

Jika kita yang tertipu atas kehidupan orang lain, sebenarnya masih aman. Ada hal yang lebih berbahaya, yaitu ketika kita tertipu oleh kehidupan kita sendiri.

Banyak pebisnis yang merasa bahwa bisnisnya sedang OK, sedang tumbuh, sedang gagah. Dirinya pun tertipu oleh matanya sendiri. Apa yang dilihat membuatnya menyimpulkan bahwa bisnisnya sedang OK, padahal yang terjadi sebenarnya adalah sebaliknya.

Posisi batin merasa tumbuh ini membahayakan. Kebijakan yang diambil akan bias asumsi. Kebijakan yang diambil di masa bertumbuh tentu akan berbeda dengan kebijakan saat masa tidak bertumbuh. Merasa bertumbuh padahal sedang kacau adalah kondisi paling berbahaya.

Seakan bertumbuh, padahal tidak. Seakan bisnis lagi hebat, padahal jelas-jelas terancam. Kondisi ini Saya sebut dengan "Pseudo Growth" Atau pertumbuhan semu.

*****

Ada beberapa pertumbuhan semu yang Saya catat sebagai pelajaran. Berikut catatannya :

1. Polesan injeksi modal

Beberapa bisnis terlihat baik-baik saja, karena owner nya masih cash rich. Ada cash yang tercipta dari proses bisnis sebelumnya. Ketika bisnis yang sekarang sedang merugi, owner terus terusan injeksi equity, owner tanpa sadar terus menambal kekurangan.

Walau kondisi operation telah loss, hal ini tidak begitu disadari. Semua masih berjalan. Supplier masih terus terbayar. Gaji karyawan terbayar. Operasi bisnis berjalan. Walau merugi, kekuatan cash owner yang tergerus mengelabui hal yang sebenarnya. Akhirnya orang lain bahkan sang owner pun melihat bahwa mereka sedang bertumbuh. Padahal yang terjadi adalah pertumbuhan semu.

Selain tertambal dengan uang sendiri, terkadang bisnis juga tertambal dengan hutang yang ada. Hutang modal kerja yang cukup besar di neraca, terkadang membuat "kerugian" menjadi tidak terasa. Plafon hutang terus dipakai untuk menutupi operasional. Dari luar terlihat gagah, padahal didalam babak belur.

Inilah hal pertama dari pertumbuhan semu. Operasional bisnis berjalan bukan karena positif nya "operating cash flow" (OCF), tetapi lebih karena besarnya "financing cash flow" (FCF).

Gawatnya, gak semua pengusaha ngerti financial literacy. Yang dibaca hanya permukaan operasi bisnis. Gak pernah mau membaca angka yang sebenarnya. Akhirnya tertipu "Pseudo Growth".

2. Nikmat sales pelanggan baru

Profit tercipta. Operation positif. Produk laku. Tetapi yang tidak disadari adalah : outletnya selalu dikunjungi oleh new customer. Yang membeli selalu pelanggan baru. Dan mereka tidak pernah "REPEAT", karena para pelanggan baru selalu kecewa dengan produknya.

Outlet ramai, tetapi selalu ramai dengan pelanggan baru. Setelah itu mereka pergi. Gak balik lagi.

Tipuan keuntungan bisnis dengan pelanggan baru ini berbahaya, karena sang owner dan manajemen merasa baik-baik saja, padahal mereka sedang didalam ancaman hancurnya angka sales.

Biasanya pseudo growth ini dialami oleh produk kreatif, atau kuliner kreatif. Besar penjualan diawal, lalu perlahan sunset drop jauh. Inilah yang harus diwaspadai. Jangan pernah senang dengan keramaian di awal-awal bisnis anda. Perlu setahun dua tahun untuk membuktikan apakah bisnis Anda adalah bisnis karbitan atau bisnis dengan pondasi kuat.

3. Air bah dana kemitraan

Pertumbuhan semu berikutnya adalah pola pertumbuhan kemitraan yang tidak bijak.

Hari ini, banyak bisnis yang melangkahi proses pertumbuhan tanpa melewati pematangan organisasi. Brandnya belum begitu kuat, sistem rantai pasoknya masih berantakan, daya dukung internal organisasinya masih lemah, tetapi sangat berani menjual kemitraan.

Menjual kemitraan ini empuk dan seksi. Berbekal desain merk, outlet dan kemasan, sebuah bisnis sudah bisa dijual dengan harga intangible yang melangit.

25 juta untuk 1 rombong,
200 jt untuk 1 outlet
750 jt untuk 1 warung.
Macem-macem. Yang dijual adalah kesempatan bisnis dimasa depan.

Hebatnya seorang pengusaha berakrobat menjual kemitraannya, membuat pertumbuhan outlet dan bisnis melesat hebat. Tanpa disadari, sang pengusaha hanya hidup dari keuntungan menjual kemitraan, bukan keuntungan dari operasi bisnis.

Bisnis mitra mau untung atau nggak, yang penting 700 jt sudah masuk. Ongkos peralatan dan pernak pernik habis 200 jt. Ada selisih 500 juta. Sangat segar menjadi cash bebas pakai. Bayangkan jika sang pengusaha berhasil jual 20 kemitraan. Sudah 10M sendiri.

Pertanyaannya, bisnisnya jalan atau tidak itu urusan nanti. Ini yang disebut pseudo growth.

Para pembaca perlu membaca pertumbuhan bukan dari sekedar hebatnya pertumbuhan outlet, tetapi harus sampai pembacaan apakah outletnya produktif menciptakan profit atau tidak. Jangan sampai terjebak didalam "pseudo growth".

4. Popularitas yang menyihir

Niat baik mengedukasi UMKM terkadang menjadi jebakan tersendiri bagi seorang pengusaha. Tidak ada salahnya berbagi di panggung-panggung edukasi, tetapi jika terlalu ober dosis, tidak jarang bisnis sendiri tidak terperhatikan.

Dampak dari agresifnya mengisi ruang-ruang publik adalah munculnya persepsi dan popularitas. Bisnis akan terdongkrak personal brand. Dan itu sah-sah saja.

Hal ini menjadi berbahaya apabila persepsi yang muncul di publik melebihi dari realitanya. Market menyangka bisnis Anda sangat hebat melebihi apa yang sebenarnya ada. Akhirnya terbentuk market yang "over expectation".

Makanya adalah, Anda tidak bisa mengukur pertumbuhan sejati perusahaan dari exposure personal brand sang owner. Liputan majalah bisa di eskalasi oleh agency iklan. Panggung event bisa didanai sendiri. Semua bisa dibangun sintetik.

Membaca pertumbuhan bisnis dari keterkenalan pemilik usahanya adalah Pseudo Growth.

5. Obesitas Organisasi

Poin kelima dari pseudo growth adalah kegemukan organisasi. Banyaknya karyawan itu bukan mencerminkan hebatnya bisnis. Banyaknya kantor cabang juga tidak mencerminkan yang sebenarnya. Berhati-hatilah dalam membaca organisasi.

Bisa jadi organisasi sedang mengalami obesitas. Karyawan tiba-tiba banyak, tetapi performanya tidak terkontrol, akhirnya dilakukanlah pengurangan di kemudian hari.

Obesitas pada organisasi bukanlah pertumbuhan sejati, ia adalah pseudo growth.

*****

Demikian tulisan Saya tentang pertumbuhan semu. Tulisan ini Saya tujukan pada diri sendiri. Mengingatkan diri sendiri. Dan mengingatkan sahabat yang Saya sayangi.

Semoga bermanfaat untuk penyadaran batin, bahwa di zaman serba artifisial seperti hari ini, kita perlu kacamata batin yang lebih mendalam dalam melihat banyak hal.

Saya sangat senang jika sahabat pembaca melanjutkan bahasan Saya tentang Pseudo Growth ini via voice notes yang akan Saya share di Grup WA Audio Kang Rendy Business Notes.

Ketik "Join Grup Audio KR" sila WA 085220000122

Terlalu banyak hal yang ingin Saya sampaikan, namun ruang text ini sangtalah terbatas. Semoga berkenan menyimak paparan berikutnya.

Sampai jumpa di grup Audio.

****

_Silahkan copaste dan forward tulisan ini ke jejaring sahabat Anda. Semoga manfaat_

Posting Komentar untuk "Pertumbuhan Semu"