didiklah proses
Rontok. Disiplin yang ku tanamkan ke anak rontok oleh rasa kasih kakek kepada cucunya. Cucu minta di kasih. Salah pun tetap di penuhi asalakan cucu diam.
Ketika membeli sesuatu seharusnya ditanamkan ke anak bahwa tidak ada keinginan yang gratis. Anak harus melewati proses. Yaitu menabung. Atau anak harus mengerjakan syarat tertentu. Ini tidak. Ini mengajari tentang rasa manja. Kebalikan sekali dengan yang aku tanamkan. Yaitu kemandirian.
Ini akan sangat merusak. Anak nanti beranggapan bapaknya sendiri tidak mencintainya. Dia menganggap bahwa mencintai ditandai dengan memberi memberi memberi secara materi. Memberi apa yang disukai. Kalau tidak di turuti merengek dan merasa tidak dicintai.
Sedih sekali hidup dengan 2 software yang berbeda. Software kakek dan software ayah. Akan sangat berbeda. Aku akan pergi. Tidak cocok dengan ini semua.
Anak harus dilatih merasakan tekanan. Karena hidup memang seperti itu. Kalau tidak keras kepada diri sendiri maka dunialah yang keras kepada dirinya. Anak nanti bisa gagal dalam hidup . Karena semaunya keinginan sendiri.

Aku ingin memiliki anak perempuan yang adil dalam hidup. Cantik seperti dewi. Memegang pengaruh yang disimbolkan dengan pedang. Ketika pedang di angkat semua yang melihat akan tunduk.
Itu semua membutuhkan rasa tega. Disimbolkan dengan mata yang ditutup. Tega demi pembentukan keindahan.
Hanya dengan kemampuan bertahan dari hal hal yang tidak di inginkan lah emotional question atau EQ bisa berkembang.
Orang sukses adalah orang yang memiliki EQ tinggi. Ini anakku di sini di sini di didik sebaliknya. Sedih sangat mendalam. Kalau mau di teruskan.
Bukan tidak setuju membelikan sesuatu kepada anak. Tapi tolonglah berikan nilai pendidikan di dalamnya. Jangan anak bisanya merengkek dan menuntut lalu dapat. Kalau tidak dapat lalu merengkek dan menuntut lagi sambil marah-marah. Cara seperti apa itu.
Aku sudah merasakan ketidak "fair"an. Suami cuci piring. Tidak pernah kasur rapi ketika pergi kerja. Rumah pun jarang sekali rapi. Disuruh kemushalla satu tahun sekali saja tidak pernah. Mau ngewe selalu was-was. Dan ketololan dalam bidang keuangan lainnya.
Yaa Allah... Semua aku terima dengan penuh penerimaan dan rasa maaf. Kaulah tempat kembali ku dalam mengadu. Aku serahkan anakku dalam didikkanmu. Dalam kesemuan aku nyalakan sepercik api harapan.
Posting Komentar untuk "didiklah proses "
Posting Komentar