Covvid 19 Konspirasi atau bukan ? by Christina Lie-

Christina Lie
Mengenai Co Vid
Analisa awam gue aja dan yang saat ini gw percaya.
1. Apakah virus ini sengaja bikinan manusia atau tercipta sendiri?
Kalau terciptanya mutasi virus ini sih, menurut gw ya tanpa disengaja macem film contagion.
Tapi untuk penyebarannya, gw “agak” percaya ada oknum tertinggi di dunia ini yang melihat makin virus ini “disebarkan” baik dari virusnya, atau dengan menyebarkan fear/ketakutan massal melalui berita-berita yang terus-menerus diblow-up.
maka oknum tertinggi ini akan makin diuntungkan dengan nantinya penjualan alat prokes (obat, masker), alat test (rapid, antigen, genose, pcr), hingga vaksin.
Jadi yes, gw percaya virus ini jelas ada, dan juga percaya ada konspirasi.
——
2. Apakah Co Vid, sehorror itu?
Jujur yang mutasi pertama, gak sehoror yang diberitakan untuk penularannya.. sekali lagi, untuk penularannya loh ya.. meskipun isyu air bourne berkali-kali dihembuskan.
Nah lalu gw juga gak ngarti dah,
apakah karena isyu airbourne kurang horor, akhirnya “diciptakan” (atau memang tercipta sendiri?) mutasi ke 2.. jeng jeng jeng!
yang betulan penularannya tidak hanya melalui droplets, tapi via udara yang bisa nembus masker medis.
Makanya masker medis kudu dilapis lagi pake masker kain.
DANNNN..
Kalau orang udah kena!
Mau dia tertular karena yang droplet ATAUPUN yang udara,
efek ke yang tertular ini ya bahayanya bisa sekedar demam/kaku/migrain, hingga yang terparah yang menyerang paru-paru dengan potensi berakibat kematian 3-5x lipat lebih tinggi.
Jadi kalau gw liat, mau elo kena yang versi delta (airbourne) atau yang mutasi pertama (droplet).. bukan berarti kalo elo kena yang delta, gejala elo cuma demam doang, tapi bisa aja sampe nyerang ke paru.
Atau.. atau.. mungkin yaa.. begitu dia dah kena yang delta.. tapi karena dia pikir demam biasa, padahal immune dia lagi drop banget, akhirnya malah nambah kena juga yang mutasi pertama, dan gitu deh..
——
3. Dokter Louis yang kontroversial, ketika berbicara, sekian persen ada benarnya dan gw sependapat untuk soal konspirasinya saja loh mengenai pihak-pihak yang diuntungkan dari pandemic ini.
(karena gw juga kayak aneh aja, awalnya test rapid begitu diagung-agungkan.. eh pas udah kelar diciptakan test selanjutnya yang lebih mahal.. baru dihembuskan berita, yang test versi sebelumnya kurang akurat, wew )
Ok lah, yang rapid memang gw yakin gak 100% akurat,
Karena banyak kejadian, temen gw sendiri, awalnya pake rapid dinyatakan positif.. eh pas dia besoknya (H+1) pake swab antigen, malah negatif, sampe dia pcr pun tetep negatif .
TAPIIII.. menurut gue ya, mulai dari alat test yang antigen, ini hanyalah kurang akurat itu jika hasil elo negatif.
Karena kalau baru terpaparnya di hari pertama, ya masih gak kedetect (bisa jadi CT elo masih diatas 35, sementara Antigen cuma bisa deteksi CT yang dibawah 25 untuk dinyatakan positif)
NAH, sementara kalau elo udah positif dari hasil test Antigen, gw sih yakin, mau elo test yang paling mahal, hasil elo pasti tetep positif.
Makanya gw heran aja kalau ada yang komen, pas udah ada satu orang terdeteksi positif setelah Swab antigen, disuruh PCR lagi.. . Ya otak gw bilang, pasti positif lah!
BEDA CERITA, kalau elo udah dinyatakan negatif dengan swab antigen
1. tapi elo masih kayak demam, migrain, batuk.
2. Atau negatif setelah isoman 7-10 hari.
Ini wajib PCR, karena PCR Bisa detect kadar CT dibawah 30, 35 dan 40.
Orang baru dinyatakan tidak menular, dari berbagai informasi dokter di internet yang gw baca itu, kalau kadar CT-nya diatas 41.
Jadi meskipun elo test PCR, hasil antara 2 test PCR pun tidak bisa dibandingkan.
Ya karena sekali lagi gw tulis.
Test PCR beda-beda, ada PCR yang bisa detect kadar CT dibawah 30, 35 dan yang paling bagus tentunya yang bisa detect dibawah 40.
Sementara kalau kadar CT elo masih antara 35-40, virus didalam badan elo masih banyak dan berpotensi menular, meskipun elo sendiri udah berasa segar bugar.
———
4. Kalau udah pernah positif, lah masa perlu vaksin lagi?
Begini.. setelah elo dinyatakan negatif, terbentuk antibodi covid hingga 3 bulan pertama yang berangsur-angsur menghilang sampe bulan ke 5.
Makanya vaksin baru diberikan setelah 3 bulan elo dinyatakan negatif karena antibodi elo ke si covid ini udah mulai hilang.
Dan ya kenapa tunggu 3 bulan juga karena elo
tidak masuk dalam kelompok prioritas untuk diberikan vaksin. Karena prioritas vaksin lebih ke mereka yang belum punya antibodi.
———
5. Apakah vaksin atau pernah positif, MENJAMIN gak kena lagi?
Kata siapa woii .
Elo pernah vaksin influenza, terus elo tetep bisa kena flu gak? ya bisa lah! tapi bikin mati gak? ya jawab sendiri aja la yaa.
Temen gw cerita, temennya dah pernah positif, lalu selang 3 bulan setelah dinyatakan negatif dia pun vaksin lengkap.
Jadi bayangin ya antibodi didalam badannya udah macem mana.
Terus sekarang? Yes, dinyatakan positif lagi.
Tapi dia hanya demam dan lemes aja, gak sampe gimana-gimana. 2 harian udah biasa lagi.. meskipun masih isoman.
Jadi, apakah masih bisa tertular? masih!
cuma karena antibodi kita sudah baik, kalau virusnya masuk, dibasminya cepat oleh antibodi kita.
vaksin tetap berguna bagi tubuh seseorang, karena setelah 28 hari, kekebalan vaksin terbentuk, para penerima vaksin tidak akan mengalami sakit parah ketika terpapar virus Covid-19. Sebab virus tersebut akan lebih cepat mati dalam tubuh.
———
6. Tapi ci, temen saya baru vaksin, eh 2 hari kemudian masa langsung kena covid?
Lah elo pikir semua yang pergi vaksin itu yakin mereka negatif semua?
Apabila seseorang dinyatakan positif atau sakit beberapa hari kemudian, kemungkinan besar dirinya terpapar sebelum divaksin.
Bisa aja sehari sebelumnya dia makan di warung sebelahan sama OTG,
Mau yang baru swab antigen h-1 bilang dia negatif puuunn.. eh ternyata kenanya pas lagi ngumpul ngantri vaksin. Who knows kan?
Makanya jagalah prokes setiap saat, double masker.
———
7. Kalau yang sampai wafat karena vaksin ci itu gimana?
Ada penyakit bawaan gak? dan paham gak maksud penyakit bawaan itu apa?
Kolestrol, diabetes, sering magh, migrain.. ini mah bukan penyakit bawaan.
Anyway, kalau ragu, konsul dulu dengan dokter sebelum vaksin, konsul online di platform tanya-tanya dokter gitu cuma bayar 10.000 perak, alias ceban!
Biasanya dari konsultasi, kalau dokter sampe minta elo cek darah dulu, ya lakukan.
Untuk Orang tua atau orang yang memiliki masalah kekebalan, penyakit kronis, atau masalah kesehatan bawaan memang tidak memiliki respons perlindungan terbaik terhadap vaksin.
Sehingga jika ada yang meninggal setelah vaksin, apakah dia meninggal karena vaksinnya, atau karena badan yang sedang lemah karena baru divaksin itulah yang memicu komplikasi penyakitnya kambuh.
——
8. Kalau sampai dinyatakan elo gak boleh vaksin. Apa yang harus dilakukan?
Makan makanan sehat dari sekarang, whole food. Bukan makanan/minuman yang sudah melalui proses penambahan terigu, tepung, gula, minyak goreng.
Apalagi yang usia diatas 40, dan makannya masih “jorok”
- Kalau ada duit lebih, infus vitamin aja tiap 2 minggu sekali, karena infus ini kan langsung masuk ke darah, sehingga lebih baik daripada konsumsi vitamin tiap hari yang efek sampingnya ke ginjal. (700 ribuan sekali infus suntik utk yang vitamin lengkap, 150 ribuan utk yang vitamin C,D,K aja, dan ini bisa tahan 2 minggu)
- Kalau berasa yang opsi 1 kemahalan, ya beli telur omega, intinya sih konsumsi protein yang cukup.. + vit C, vit D yang udah ada K-nya (ini kalau kadar iu-nya diatas 5000, vit K ini utk menjaga keseimbangan dari si vit D supaya penyerapan kalsiumnya tepat sasaran)
Konsumsi vitamin minum cukup 2 minggu aja ketika elo pernah terpapar ke orang yg ternyata OTG. Setelah 2 minggu, konsumsi multivitamin aja.
- Kalau elo gak percaya vitamin minum, ya terserah, karena memang vitamin terbaik berasal dari makanan sehat! konsumsi deh tuh whole food! dan rajin jemuran yah.
Jadi buat yang sampai gak bisa divaksin, mulailah pola hidup sehat, dan berdoa agar orang-orang yang bisa divaksin di indo itu segera mencapai 70% supaya terbentuk herd immunity.
Dan buat yang gak ada penyakit bawaan, tapi ogah vaksin.. kemudian ternyata sampe lebih dari 30% penduduk indo yang kayak begini..
Haizz, inget ya bro/sis..
“Dalam hidup itu kalo elo belom bisa berbuat baik ke orang lain, minimal elo jangan nyusahin orang lah”
Lo gak kasian apa? sama yang gak boleh vaksin? Amit-amit ini kejadian ke ortu sendiri?
———
9. Lah emangnya orang yang pernah Vaksin, tidak menular?
Kalau logisnya dia aja masih bisa positif lagi, meskipun risiko dia terinfeksinya ini bisa turun hingga 66%..
maka dia pun masih bisa menular.
Tapiii, ya potensi menularnya lebih rendah,
Jadi JANGAN MAU elo deket-deket sama orang yang sudah vaksin tapi dia sendiri lagi gak sehat.
Dia kena lagi mah, dianya gak kenapa-napa..bahkan bisa jadi gak nyadar karena dia anggap demam biasa.
Tapi kalo ternyata dianya sendiri alumni vaksin yang gak taunya lagi OTG, terusss elonya yang deket-deket dia terus kena dan elonya masih perawan dari vaksin/
positif.
Yaaaa elonya yang nyahooo
Ingat ya..
“Vaksinasi lengkap berarti seseorang telah menyelesaikan serangkaian vaksin Covid-19 seperti yang direkomendasikan untuk perlindungan terbaik terhadap komplikasi parah seperti rawat inap dan atau kematian.”
JADII kesimpulannya.
“VAKSIN ITU UNTUK MELINDUNGI ELO SENDIRI,
BUKAN UNTUK MELINDUNGI ORANG LAIN DARI ELO”
kita yang sudah divaksin bisa lebih kuat melawan virusnya tapi belum tentu orang lain yang belum divaksin bisa bertahan
———
10. Jadi apakah pandemic ini akan berakhir?
Pandemic covid? Menurut gw Nggak
Karena dia akan berubah menjadi Endemic.
Dimana kita akan hidup bersama virus ini sebagaimana kita hidup sama virus-virus lain yang sudah ada macem dbd lah, typhus lah, flu lah..
Jadi begitu herd immunity tercapai 70% , dimana 70% penduduk sudah memiliki antibodi covid,
entah karena divaksin atau pernah positif, sehingga risiko penularan jauh lebih menurun, dan 30% sisa penduduk yang tanpa antibodi pun bisa lebih tertangani dengan baik oleh medis yang mencukupi
Gw rasa untuk pake masker atau nggak, ya itu adalah pilihan masing-masing, bukan kewajiban dari pemerintah.
Soalnya yaa dengan kondisi 70% herd immunity,
Yang pernah vaksin atau positif terus gak pake masker nih.. lalu dia kena.. ya sembuh sendiri dengan istirahat dan vitamin (macem orang demam aja la)
Yang gak pernah vaksin atau positif, terus dia gak pake masker dan kena.. eh lalu sembuh.. ya welcome to the herd immunity club, antibodinya dah terbentuk………Nah kalau wafat.. ya karena risiko pilihan dia juga yang anggap lah gak ada penyakit bawaan, ada vaksin tapi gak mau vaksin.
—————
Akhir kata,
Pesan gw, kalau elo sampe positif,
Rontgen paru dulu (Rp 200k-400k tergantung klinik/RS)
Kalau paru2 elo gak napa napa, vitamin aja cukup, obat palingan paracetamol.
Tapi kalau paru-paru elo bermasalah..
Baru deh beli oxymeter buat cek saturasi, dan obat-obatan covid.
Karena memang, berita yang mati karena overdosis obat itu betul adanya.
Jadi apa salahnya sih elo rontgen paru dulu dengan bayar 200rb kalau elo bayar 700rb pcr aja berani.. nyawa taruhannya.
Sekian..
(Tulisan diatas murni dari analisa pribadi setelah banyak diskusi dengan teman, dokter menanggapi berita-berita covid)

Posting Komentar untuk "Covvid 19 Konspirasi atau bukan ? by Christina Lie-"