Nyampah depan pintu


 Sebenarnya "dower". 

Mulut istriku kalau ketemu mbokayu itu apa yang tidak muncul akan menjadi muncul. Termasuk ngomong tentang suka menulis. 

Mulai mulut ghibah semuanya keluar. Yang jelek jelek ngomongin orang lain keluar. Yang baik-baik juga keluar juga. 

Intinya jika ketemu mbokayune yang penting ada omongan. Menyambung rasa. Istilah bahasa sastranya. 

Entah omongannya hanya bikin masalah baru dan ghibah. Yang penting ada sambung rasa. 

Hal yang saya tidak pernah saya alami dengan adik saya. Saya merasa sama adik biasa saja. Ngomong bukan untuk sambung rasa. Tapi untuk memetakan hal-hal yang dialami dan mencari solusi. 

Jadi kesimpulannya kalah bertemu dengan mbokayune jadilah "dower". 

Giliran ada masalah komunikasi dengan mbokayune curhatnya ke saya. Dan tololnya lagi saya kasih solusi justru bukan itu yang dia harapkan. 

Dia hanya ingin di dengarkan. Bukan untuk cari solusi. Dia suka ada masalah. Sehingga masalahnya bisa untuk bahan obrolan. Lalu puas. 

Istri memang pecinta masalah. 

Tapi kalau suami yang buat masalah di maki-maki. Padahal seharusnya kan sudah selaran dengan karakternya sendiri. 

Ada masalah lalu ada obrolan lalu ada sambung rasa lalu merasa puas. Persetan dengan masalah. Yang penting ada rasa puas karena sambung rasa.

Lalu apakah itu melanggar norma ?? Saya pikir tidak. Itu kehendak Allah. Saya yang harusnya menyesuaikan kehendak Allah. Menerima dengan legowo segala ketololan ini. 

Pun termasuk sampah di depan pintu. 

[Gambar 3257.jpg]


Tidak kakak. Tidak adik. Sama saja. Hobinya nyampah di depan pintu.

Coba tinggal 5 detik selesai. Ambil cikrak, lalu di sodo. Lalu masukin ke tempat sampah. Selesai. Mengapa harus mangkal dulu di depan pintu ??? 

Memang tahap kebenaran itu berlapis-lapis. Benar bagi orang lain. Bisa juga tidak benar bagi yang lain. Bukan karena itu salah. Namun karena lapisan kebenaran yang berbeda beda.

Kalau kita mau ambil kebenaran versi satu. Maka harusnya kita bersyukur sampah dari dalam rumah sudah di keluarkan. Sudah di kumpulkan. Itu adalah bagian dari kebaikan. 

Hanya di tingkat kebenaran selanjutnya saja itu menjadi bahan gunjingan. Naruh sampah di depan pintu simbol mengerjakan sesuatu tidak tuntas.

Titik. 

Termasuk kita mencela orang lain pun sebenarnya tidak benar-benar banget. 


Kenapa ??

Karena memang tingkat kebenaran itu bertingkat tingkat. Lawan dari kebenaran bukan kesalahan. Bukan benar versus salah. Tapi benar versus benar. 

Lawan dari kebenaran adalah kebenaran lainnya. 


Posting Komentar untuk "Nyampah depan pintu "