Tanpa eksekusi

*ORGANISASI EFEKTIF EKSEKUSI*

Kang Rendy Business Notes,
10 September 2019

*Subscribe* >> http://bit.ly/gabungkrbn

**********
Akhir-akhir ini Saya mengamati beberapa organisasi bisnis yang gagap di tataran eksekusi. Secara kapasitas assetnya cukup besar, gagasan dan idenya juga hebat, tetapi gagal membangun eksekusi program. Dan sudah jelas hasilnya negatif.

Pengamatan ini akhirnya membawa Saya pada sebuah perenungan tentang mengapa sebuah organisasi bisnis berjalan tidak efektif. Pembahasan kali ini juga tidak sebatas organisasi bisnis, organisasi dalam bentuk apapun juga bisa belajar dari pembelajaran kali ini.

Inilah yang menjadi topik utama pembelajaran "Kang Rendy Business Notes" (KRBN) pada 10 Sept 2019 hari ini. Saya pun pagi ini telah merampungkan rekaman voice note tentang pembelajaran ini selama 42 menit. Malam ini juga akan Saya upload ke grup audio KRBN. Di akhir tulisan akan Saya ingatkan.

*****

Lemah eksekusi, kebanyakan wacana. Gak kerja-kerja, waktu habis di meja rapat. Gagasan ada, ide banyak, konsultan datang bolak balik, tapi di lapangan gak kerasa apa-apa. Perusahaan seakan mandul di lapangan. Gak ada gol tercapai sama sekali.

Itulah penyakit banyak perusahaan hari ini. Ini juga penyakit banyak entitas organisasi di hari ini. Lemah di tataran eksekusi.

Kalo ditanya program, maka berlembar-lembar halaman akan ditunjukkan tentang rencana program dan berbagai ukurannya. Mantap. Tebal. Menawan. Tetapi di lapangan tidak terjadi apa-apa. Seorang politikus bilang : istilah ini disebut macan kertas.

Saya rasa itu juga terjadi di organisasi tempat kita hidup. Banyak sekali langkah yang tidak tereksekusi dengan baik. Maka lahirlah tulisan ini, semoga menjadi manfaat bagi kita semua.

*****

Sebelum kita membahas langkah membangun organisasi yang efektif, alangkah baiknya kita memahami terlebih dahulu, mengapa organisasi yang tidak efektif muncul diantara kita.

Berikut beberapa catatan Saya tentang sebab lahirnya organisasi non-efektif :

1. Tim yang ada tidak memiliki kemampuan

Jika terjadi gagal eksekusi pada program yang sudah direncanakan, maka langkah pertama yang kita harus dicek adalah kompetensi dan kemampuan tim yang ada.

Bisa jadi, gagalnya eksekusi di lapangan adalah buah dari lemahnya kemampuan tim. Memang bener-bener gak mampu. Tetapi manajemen memaksakan orang yang gak mampu untuk mengeksekusi.

Maka rekrutmen menjadi modal penting, jika orang yang tidak mampu masuk kedalam organisasi Anda, berarti saringan rekrutmen Anda yang bermasalah. Mengapa ada orang yang tidak mampu tetapi direkrut ke organisasi. Kan error rekrutmennya.

Begitu juga tentang grand design pembinaan dan pembentukan karyawan. Jika pembekalan kompetensi menjadi tanggung jawab organisasi, maka organisasi wajib untuk melakukan kerja pembekalan.

Dalam 42 menit rekaman pengajaran Saya, poin pertama ini Saya bahas hampir di 11 menit pertama.

***

2. Tim tidak memahami apa yang di intruksikan.

Sebab kedua lahirnya organisasi yang tidak efektif adalah instruksi yang tidak jelas. Langkah kerja yang membingungkan. Petunjuk pelaksanaan teknis yang tidak bisa difahami. Bisa jadi disini letaknya.

Jika Anda perusahaan UMKM, atau bahkan perusahaan nasional yang baru-baru saja membesar, maka sangatlah wajar jika Anda mendapatkan SDM kelas 2 yang masih terus harus disuapi.

SDM kelas 1 dan VIP sudah habis di rekrut oleh perusahaan multinasional. Itulah gerak alamiah SDM. Memang demikian.

Maka, konsekuensi bagi UMKM adalah, harus siap repot mendidik dan mengarahkan SDM. Instruksi harus dibuat sejelas mungkin, semudah mungkin untuk difahami. Jangan lagi Anda berharap mereka bisa berinovasi dan seharusnya mengerti sendiri.

"Kan harusnya mereka ngerti ya, kalo disuruh belanja ya harusnya minta struk"

Itu kan pengertian Anda, beda lagi di pengertian tim Anda. Bagi tim Anda beli ya beli, gak usah minta bukti belanja. Kecuali Anda arahkan dan perintahkan.

"Beli barang ini ke toko itu, minta nota fakturnya." Begini kan clear. Anda butuh nota.

Banyak lagi contoh-contoh pengarahan yang tidak jelas, dan bagaimana solusinya. Sangat panjang jika Saya ketik disini, lengkapnya Anda bisa mendengarkan sendiri via voice note malam ini.

***

3. Tim merasa program ini tidaklah penting

Hal yang paling jarang dilakukan pemimpin bisnis hari ini adalah membicarakan filosofi dari program.

Mengapa kita harus melakukan program ini? Mengapa program ini teramat penting bagi kita? Mengapa hal ini sangat perlu kita eksekusi? Dimana posisinya di grand design pertumbuhan bisnis kita?

Banyak pemimpin bisnis yang enggan bicara hal-hak yang metafisik seperti ini. Akhirnya meeting ke meeting hanya berisi tinjauan teknis semata, hanya berisi rangkaian perintah demi perintah eksekusi, tanpa membekali pemahaman ke tim. Akhirnya tim berubah selayaknya zombi, bergerak tapi tidak memahami, ini sebenarnya apa dan untuk apa.

Kegagalan manajemen membangun nilai rasa pada program inilah yang membuat tim kehilangan energi internal untuk melaksanakan program. Langkah tim menjadi lemah, dan bahkan menyepelekan tugas. Ini semua karena program kehilangan ruh.

***

4. Sumber Daya Eksekusi yang tidak tersedia

Sebab berikutnya yang biasanya terjadi adalah ketiadaan sumber daya di lapangan. Perintah eksekusinya menggelegar, tetapi logistik perangnya hampir tidak ada. Padahal organisasi tersebut mampu untuk membekali timnya dengan sumber daya yang cukup.

Poin ke empat ini adalah evaluasi bersama, dimana peran top manajemen menjadi sangat riskan. Ketika top manajemen gagal faham kebutuhan sumber daya tim lapangannya, maka sama saja Anda mengirimkan pasukan perang dengan tangan kosong ke medan tempur berdarah.

Sebaliknya, tim perang yang gagap berkomunikasi ke top manajemen, juga menghambat proses. Ketiadaan sumber daya hanya membuat meraka diam, menikmati ketiadaan sumber daya, dan ujungnya berlindung dibalik alasan "gak ada duitnya, agar terhindar dari kesalahan".

***

5. Terlalu banyak berdiskusi dan berwacana.

Pada poin terakhir ini, Saya menyoroti tentang banyaknya waktu yang dihabiskan untuk berdiskusi dan berwacana. Terlalu banyak rapat. Terlalu banyak analisa yang bertele-tele. Waktu manajemen habis di debat-debat panjang. Diskusi-diskusi sengit tanpa hasil.

Penting bagi para pemimpin bisnis untuk meramu pembagian waktu yang proporsional tentang kapan harus berdiskusi dan kapan harus mengeksekusi program.

Termasuk didalamnya pola pelibatan sosok-sosok yang harusnya terlibat didalam organisasi. Biasanya, makin banyak pihak yang terlibat dalam forum musyawarah, makin panjang diskusi yang ada, hingga pada akhirnya, forum tidak bisa mengambil keputusan.

Keputusan saja gagal diambil, apalagi langkah konkret di lapangan?

***

Demikian penjelasan mengenai organisasi efektif, semoga bermanfaat untuk sahabat semuanya.

Tulisan ini bebas untuk di forward ke sahabat Anda yang sekiranya membutuhkan. Hehehe...

Asal jangan Anda forward ke Bos Anda, nanti dikira Anda nyindir. Saya tidak menyarankan. Adab harus tinggi. Semoga bos Anda langganan grup WA ini.

***

Saya sebenarnya lebih mudah membangun konten dengan merekam suara. Seperti pagi ini, Saya merekam 42 menit konten tentang langkah membangun organisasi efektif.

Saya mengajak seluruh sahabat di Grup KRBN untuk masuk lagi lebih dalam ke pembelajaran KRBN via grup Audio.

Bagi yang belum merasa bergabung ke grup Audio KRBN, sila ketik "join grup Audio KRBN" kirim ke WA 085220000122.

Pastikan sebelum jam 21.00 malam hari ini 10 Sept, Anda sudah berada di grup WA Audio. Kami akan blast rekaman voice note dari Saya jam 9 malam ini.

****

Posting Komentar untuk "Tanpa eksekusi"