Saling menyalahkan

Komunikasi antara suami istri itu sulit. Apalagi jika merasa benar sudah tertanam di dalam masing masing diri.
.
Misal masalah tolak angin. Boleh diberikan setelah minum obat maag atau tidak. Dalam jangka waktu setengah jam. Yang satu boleh yang satu tidak.
.
Masalah kebiasaan tidur juga. Yang satu nganggap tidur gasik bagus. Yang satu nganggap tidur gasik biasa saja. Bahkan di bandingkan. Tidur gasik di anggap tidak peduli.
.
Masalah berobat juga. Yang satu baru sehari sakit kirim ke dokter. Yang satu prinsipnya nunggu obati sendiri dulu di rumah. 3 hari tidak sembuh baru ke dokter.
.
Yang satu santai. Giliran ada sesuatu khawatirnya sampai bikin mencret. Yang satu cekatan tapi merasa cekatan pun hanya lelah sendiri. Tidak di anggap anggap penting banget.
.
Yang satu menganggap privasi status di WA penting. Yang satu menganggap tidak penting penting amat.
.
Yang satu menganggap dengan benarnya hidup dengan orang tua dan menitipkan anak di sana. Yang satu menganggap itu tidak cukup untuk bekal pendidikan anak.
.
Yang satu menganggap seharusnya cucu itu di titipkan ke eyang yang baru punya cucu pertama kali agar full perhatian. Yang satu cuek saja. Tidak urus kaya gituan. Padahal itu juga menyangkut besarnya perhatian ke anak dan daya pengaruh ke anak.
.
Yang satu mencoba cuek terhadap orang shalat. Yang satu dengan bodohnya mengajak orang shalat ngobrol. Dan di anggap itu sebagai tes kekhusukan shalat.
.
Solusinya bagaimana ?? Solusinya sebenarnya sering ikut pengajian. Jika memungkinkan yang membahas soal keluarga.
.
Namun saya pernah ngaji bersama, namun anaknya bermain terus, sehingga ngajinya kurang khusuk. Namanya juga anak. Lalu berhenti. Tidak pernah ngaji lagi setelah itu. Itu pun pertama kali.
.
Seharusnya anak di latih pelan pelan agar tahu bahwa kalau ngaji itu diam sebentar. Walau cuma 1 jam.
.
Saya kadang berpikir keluargaku ini seperti keluarga yang begitu duniawi banget. Hanya menjadikan agama sebagai jalan ke surga. Bukan jalan mencapai cinta nya Tuhan. Ada yang lebih tinggi dari syurga. Yaitu cintanya Tuhan. Dimana yang diberi bukan hanya 1 surga. Namun ribuan surga.
.
Keluarga kami sama sekali bukan keluarga agamis. Indikator nya tidak terpenuhi.
1. Ngaji buka Qur'an setiap hari
2. Sebulan sekali datang ke majlis ta'lim
3. Suami berjamaah ke Musala
4. Istri bersosialisasi lewat berjamaah ke Musala
5. Keluar rumah menutup aurat paling tidak tidak memakai rok pendek yang celana dalamnya kelihatan
.
Itu saja 5 indikator dasar tidak ada.
.
Yang salah siapa. Yang salah adalah suami. Bersikap demokratis seperti ini ternyata mencelakakan.
.
Anak memang sedang fase nya tidak taat. Namun jika fase itu terus terbawa sampai fase fase yang lain bagaimana?? Karena ada didikan yang salah.
.
Tidak ada model keluarga yang jadi contoh. Tidak ada jiwa belajar akademis di kebiasaan orang tua. Keduanya saling menyalahkan. Terus seperti itu. Saya sarankan anak di taruh di tempat yang indikator nya terpenuhi istri keberatan. Lalu mau di bawa kemana masa depan pendidikan anak?? Cuma anak masuk angin saja cemas nya bukan main..
.

Posting Komentar untuk "Saling menyalahkan"