Hal yang merusak pertumbuhan bisnis

*PERUSAK GARIS TANJAK*

Kang Rendy Business Notes,
08 Januari 2020

**********

Kembali mulai memaknai proses bisnis yang dilakukan oleh diri sendiri dan teman-teman sekitaran. Memaknai mereka yang kembali memulai dari awal dan trend nya naik bagus.

Pembacaan value product, atau nggak sebenarnya terbaca kuat di tahun pertama. Begitu juga pembacaan apakah bisnis ini bakalan tumbuh atau nggak juga sudah bisa dirasakan dari awal.

Ukurannya sebenarnya sederhana : apakah terjadi pembelian repeat yang membesar, pada produk yang kita tawarkan.

Ketika pembeli membeli produk kita berulang dan membesar secara volume, sebenarnya itu bukti bahwa produk kita diterima. Penawaran kita sesuai dengan apa yang dirasakan customer. Apa yang anda deliver, gak mengecewakan mereka. Makanya tumbuh. Sederhana.

Menjadi runyam ketika garis tanjak pertumbuhan ini dirusak oleh diri kita sendiri. Dan tulisan kali ini akan membahasnya.

*****

Beberapa perusak garis tanjak yang saya temukan antara lain adalah :

1. Disorientasi ditengah jalan

Awalnya berbisnis untuk memberikan yang terbaik untuk market. Awalnya sangat memperhatikan kualitas. Awalnya sangat cermat terhadap hal-hal detil yang megurangi benefit.

Namun ketika sudah "ketemu duit", ketika mulai mencetak profit, ketika mulai merasakan aliran uang segar, orientasi bisnis yang semula memberikan yang terbaik berubah menjadi hanya sekedar "pengerukan uang market."

Ujungnya adalah servis asal-asalan, produksi yang hanya sekedar capai target hasil output, distribusi yang hanya sekedar sampai, hingga toko yang hanya sekedar buka.

Maka pelanggan mulai merasakan, ada yang berubah, ada kualitas yang drop, ada inkonsistensi servis. Inilah yang membuat pelanggan yang awalnya loyal akhirnya check out.

Di titik inilah garis tanjak perusahaan mulai rusak. Penurunan perlahan terjadi

2. Kebosanan yang mencengkram

Mengurusi hal yang sama berulang-ulang. Mencermati laporan yang itemnya sama setiap pagi. Mengulangi ritme hidup yang sama. Setiap hari. Senin sd Sabtu. 8 jam sehari. Maka ujungnya bisa dipastikan : bosan.

Kebosanan adalah pembunuh ketekunan. Begitu bosan, Anda mendadak lalai, abai, dan sudah jelas tidak akan tekun. Berikutnya adalah sikap masa bodo.

Ketika Anda mulai gak taking care bisnis Anda, maka karyawan mulai curi-curi waktu, pelayanan mulai lamban, produk mulai cacat sana sini. Organisasi Anda kehilangan energi. Karena Anda mulai bosan.

Tidak tekun ini merusak garis tanjak. Padahal waktu Anda tekuni trandline nya naik, namun begitu Anda bosan dan pergi, bisnis kehilangan energi. Garis tanjak mulai menukik turun.

3. Distraksi Fokus

Setelah bisnis mulai bertumbuh, musuh terbesar seorang pengusaha adalah rasa "GR" : "Kayaknya sudah bisa jalan otomatis deh".

Mulai deh berfikir liar. Jika satu cabang aja bisa 50 juta sebulan, apalagi kalo saya punya 100 cabang. 5M brosist. Wow.

Akhirnya mulai mengkhayal, mulai panjang angan-angan, mulai gak fokus sama outlet atau pabrik yang sedang dijalankan. Fikirannya langsung ngembang kemana-mana.

Jika "kaki-kaki" sudah siap sih gak papa, tapi banyak juga yang asal buka cabang, tapi gak siap sistemnya. Akhirnya outlet pertama yang sehat jadi korban.

Belum lagi distraksi diversifikasi. Kembali ngejar bangun bisnis lain, pada industri yang berbeda, pada market yang sangat berbeda. Sok tahu. Asal terjun. Tanpa hitung. Tidak cermat. Akhirnya skak mat. Bangkrut tak bisa bergerak.

Inilah yang merusak garis yang awalnya menanjak.

4. Berhenti memperkuat produk

Pada awal memulai bisnis selalu memikirkan kekuatan produk. Tiap hari mikirin value. Tiap hari mikirin inovasi.

Awal-awal bangun bisnis sangat efisien. Semua biaya diukur. Harga produk kompetitif. Tetapi begitu bisnis tumbuh berjalan, gak ada lagi usaha memperkuat produk dan bisnis.

Tidak ada lagi belajar. Tidak ada lagi ikut pelatihan. Tidak ada lagi baca buku bisnis. Tidak ada lagi konsultan datang bolak balik kantor.

Ada perasaan merasa bisa, sudah merasa hebat, sudah merasa tuntas mengetahui banyak hal.

Akhirnya datang kompetitor yang lebih baik. Datang produk komplementer yang lebih murah. Datang model bisnis baru yang gak diantisipasi. Lalu anda hanya bisa terkejut. Pasar anda kesedot. Outlet mendadak sepi. Cara pelanggan akses produk sudah berbeda. Dan Anda gak ngerti caranya.

Grafik pertumbuhan bisnis yang awalnya garis menanjak akhirnya berbalik ke lembah dalam. Menyentuh batas bawah lantai kurva. Tragis.

5. Syahwat Negatif Owner

Bisnis menghasilkan. Cash berlimpah menggairahkan. Di perusahaan keluarga yang fungsi kontrolnya sangat individu, hal ini ujian. Owner boleh ambil suka-suka.

Mungkin awalnya masih bisa hemat. Saat tinggal di rumah kontrakan dan mobil city car sederhana. Masa itu adalah masa sebelum kenal restoran yang sekali makan 3 juta rupiah, tas 650 juta, dan mobil sport yang em em an.

Banyak pengusaha yang teguh saat ujian menimpa, tapi tidak sedikit yang babak belur saat menghadapi bekerlimpahan. Life style ala ilusi seleb menjangkit. Uang perusahaan habis membiayai beban hidup.

Owner mulai sering tarik duit ke keuangan. Sabda dalilnya sudah umum : "ini kan perusahaan saya, uang saya 100%, tanggung jawab saya, saya rugi kamu juga gak nanggung."

Padahal supplier belum dibayar. Padahal masih ada hutang dagang. Padahal hutang bank selama ini hanya bayar bunga. Perusahaan harus gigit jari berhadap dengan owner monster yang sedotin cash.

Bisnis yang garis pertumbuhannya nanjak tetiba mendatar dan biasa saja.

Gampang analisanya : organisasi mulai lelah bayar hutang si bos, gaya hidup owner 15 tingkat dari keadaan karyawan, bahkan lapis manajer, sosmed owner jadi sulit api kedengkian karyawan. Wassalam garis tanjak, turun tajam.

*****

Itulah 5 perusak garis tanjak. Tentang bagaimana solusinya dalam menghadapi 5 perusak ini, Saya bahas di grup Audio khusus. Hubungi admin grup ini untuk masuk ke grup audio. Silakan WA 085220000122

Semoga manfaat. Silakan share ke sahabat Anda yang membutuhkan. Mereka yang garis tanjaknya sedang rusak. Terima kasih.

********

*Ustadz Rendy Saputra*
URS - Business Management

Posting Komentar untuk "Hal yang merusak pertumbuhan bisnis"