Tidak ada hubungan antara kekayaan dengan

Tidak ada yang salah dengan menjadi kaya ...

Saat saya berbincang dengan orang-orang yang berkekurangan secara materi ... Mereka ingin sekali menjadi orang kaya ... Bahagia sekali ya rasanya pakai pakaian bagus ... Tidur di kasur empuk ... Makan makanan mewah ...

Di sisi lain saat saya berbincang dengan orang yang sangat berlebih dalam hal materi ... Kesukaan mereka malah berpakaian sederhana, makan di pedesaan, bosan dengan hotel, menyukai tempat-tempat yang listrik pun belum ada ... Dan mereka sangat bahagia dengan hal itu ...

Di sini kita bisa lihat bahwa kebahagiaan sama sekali tidak ada hubungannya dengan keinginan-keinginan yang kita ingin capai dalam hidup ... Tidak ada yang salah dengan keinginan setinggi apapun, namun jika kita pikir dengan mencapai itu kita jadi bahagia, itu sebuah kekeliruan besar ... Ilmu sukses dan ilmu bahagia benar-benar "hewan" yang berbeda ...

Ibarat orang naik gunung, mereka malah kehilangan moment menikmati indahnya perjalanan naik, karena terlalu melekat dengan bayangan "sampai di puncak" ... Padahal setelah ia sampai di puncak, ia baru menyadari bahwa pemandangan di bawah sana, jalur yang ia telah lalui tadi menuju pucak, sedemikian indahnya ...

Saat turun dari puncak gunung ... Tidak ada lagi target ... Dan yang ada adalah keindahan di sana sini sepanjang perjalanan ...

Haruskah kita baru menyadari indahnya perjalanan setelah sampai di puncak sana? Haruskah kita baru menyadari indahnya kehidupan menjelang detik-detik menuju kematian?

Ini soal keputusan ... Saya yakin anda termasuk kategori orang yang tidak mengidentikkan kata pensiun sebagai moment menikmati hidup ... Karena itu berarti anda sangat menderita selama bertahun-tahun anda bekerja ...

Selamat menikmati pagi ini .....

AMATI DIRI ANDA ; SEJAUH MANA ANDA, DALAM MENGHARGAI SEBUAH ILMU ...

Ini sebenarnya ceritanya panjang, tapi saya ringkas saja, sehingga memudahkan anda, dalam mengambil pelajarannya ... Beberapa waktu lalu, sudah cukup lama, saya dikontak seseorang via whatsapp ... Ternyata seorang pria, anak muda ... Masih sangat muda ... Dia adalah salah satu subscriber channel youtube saya ... Dia nonton semua video yang saya bagikan ... Bahkan sampai membuat catatan, untuk setiap video ...

Nah, selanjutnya, terjadi hal yang tidak terduga ... Dia berniat memberikan sejumlah uang, yang sangat besar ... Anda bisa terperangah kalau saya sebutkan jumlah uangnya ... Kenapa dia berniat demikian? ... Karena ternyata, selama ini, dia mendapatkan banyak manfaat dari video-video pembelajaran yang saya dapatkan ... Wah, saya tentu keberatan ... Tapi dia, ingin memberikan uang itu ... Saya bilang, itu besar sekali mas ... Berat bagi saya untuk menerimanya ... Berat sekali ...

Jawaban dia mengejutkan ... Dia bilang, "mas, uang yang saya berikan ini, jumlahnya tidak seberapa, dibandingkan penghasilan saya sehari" ... What the pret !!! ... Siapa anak muda ini? ... Anda siapa? ... Skip skip skip ... Akhirnya, karena dia yakin saya tidak akan menerima uang itu, dia mengundang saya dan istri secara private, untuk memberikan pembelajaran ... Dia jujur sih, aslinya, "dia sudah paham apa yang akan saya ajarkan" ... Tapi hanya ini satu-satunya cara, agar saya mau menerima uangnya, karena ada pertukaran energinya ...

Berangkatlah saya dan istri ... Saya mengajar dia secara private, selama 2 hari ... Dia anak muda, yang sangat sederhana ... Anda tidak akan mengira, dia orang kaya, kalau dari penampilannya ... Uang berjumlah buesar itu pun saya terima ... Saya geleng-geleng kepala ... Ini ada ya orang kayak begini? ... Masih muda, pembelajar, sukses dan rendah hati ... Juga, sangat menghargai guru dan ilmu ... Padahal, saya bagikan video-video di channel youtube, secara gratis ... Namun, dia menginginkan ada pertukaran energi ...

Di sini, berulang kali, saya menemukan pola yang konsisten, yang selalu ada pada diri orang sukses ... Karakter menghargai ilmu ... Ilmu lebih bernilai daripada uang ... Di sisi lain, saya sering menemukan, orang yang hidupnya susah, tidak mau belajar ... Parahnya, sudah susah, ngeyelan, suka mendebat ... Padahal, ilmu yang dia debat juga dia simak gratisan ... Saya belajar banyak, dari anak muda ini ... Serasa kebalik, kayaknya, dia yang lebih pantas mengajar, dan bukan saya yang mengajar ...

So, amati diri anda ... Seberapa besar anda, menghargai nilai dari sebuah ilmu? ... Seberapa besar hasrat anda, untuk melakukan pertukaran energi, atas sebuah pemahaman yang meningkatkan kesadaran? ... Pengamatan ini penting ... Karena selama penghargaan anda atas ilmu rendah ... Kehidupan juga akan menempatkan anda, pada posisi yang rendah ... Saat anda, sangat menghargai ilmu, kehidupan akan "mengulurkan tangan", menarik anda ke posisi yang tinggi ...

Saya lalu berandai-andai, "kalau di Indonesia, banyak anak muda semacam ini, Indonesia akan melesat jauh kedepan" ... Semoga ...

_/|\_

*sunan_kaliurang_words
By. Arif Rh

MENJADI TUAN ATAS DUIT
-
-
-

Membayar dengan harga normal bagi saya sudah menjadi keajaiban. 
Bisa membayar bagi saya suatu kebanggaan tersendiri.

Ketika ada orang bercerita dapat sesuatu dengan gratis, saya ikut senang, tetapi hati saya yang buruk masih kadang menertawai diri saya di masa lalu yang pernah juga menyadari kalau terima gratis itu artinya keajaiban.

Beberapa tahun lalu saya ada hutang dengan mertua yang pembayaran hutangnya dengan angsuran. Dengan rasa konsekuen tinggi saya mengangsur, tidak ingin dapat discount, tidak ingin keringanan, tidak mengharap belaskasihan, yang jelas bagi saya ada kebanggaan tersendiri saya mengangsur hutang.

Baru setengah periode saya mengangsur, mertua sudah memberi discount. Dikasih discount, malah saya ada rasa sangat berkurang rasa bangganya. Berbagai proses dilalui, ujung-ujungnya saya dipaksa alam semesta untuk terima discount tersebut.

Setelah kejadian itu saya kembali pada mentalitas saya, dengan konsekuen saya melanjutkan angsuran. Eeh pada akhir periode angsuran, kembali mertua memberi discount, saya tidak diperkenankan melunasi, padahal nominalnya ada 2 kali lipatnya dari nominal discount sebelumnya.

Saya tetap ngeyel melunasi, sisa hutang yang masih ada saya bayar. Saya sendiri yang menghadap mertua dengan langsung bawa uang cash agar discount tersebut bisa saya bayar dengan normal, tapi lagi-lagi terulang, mertua enggan dan menolak keras menerimanya. Sampai akhirnya saya dipaksa alam semesta untuk menerimanya.

Namun perlu Anda catat…..
Berprinsip berani membayar bukan berarti menolak pemberian gratis. 
Sudah bagian dari sunnatullah sirkulasi kehidupan ini adalah memberi dan menerima. Jadi kalau Anda menolak pemberian gratis itu sama saja Anda kufur nikmat. 
Menerima tidak masalah, yang bermasalah itu meminta-minta dan atau mengharap-harap diberi (thama') atau mencari sesuatu yang gratisan terus, kumpul kumpul dengan teman makan minum maunya teman yang membayari.

Bukankah Anda sering menyaksikan di pasar-pasar, pedagang dan pembeli batal transaksi hanya gara-gara nominal tawar harganya masih selisih 5 ribu perak? 
Hanya untuk 5 ribu rupiah banyak pedagang yang sangat berat menaklukannya.

Namun satu sisi saya sering kaget, banyak workshop pemberdayaan diri berharga mahal, tapi masih banyak peserta dari penjuru Indonesia memburu workshop tersebut yang kadang biaya untuk transportasi pesawat, hotel, dan lain-lain lebih besar dari biaya workshopnya.

Workshop masih mending karena pasti full day menimba ilmunya, sering juga cuma seminar dengan durasi jam-jaman, banyak peserta dari luar pulau yang ikut.

Satu kejadian ada pedagang yang kesulitan hanya untuk taklukan 5 ribu rupiah, namun satu kejadian yang lain para trainer dengan mudah menelikung uang puluhan juta rupiah.

Sekarang sesudah hampir 2 tahun saya berkiprah di dunia training pemberdayaan diri, saya jadi memahami pentingnya kualitas jiwa yang nilainya di atas nominal uang.

Yang dilakukan oleh para guru pemberdayaan diri tidak jauh berbeda dengan apa yang saya lakukan, yakni berusaha keras membayar secara profesional dalam segala urusan keuangan. Nah barangkali, para pedagang yang kesusahan dapatkan 5 ribu rupiah, dia dalam kehidupan pribadinya masih takut membayar, masih menganggap dapat gratis itu suatu keajaiban.

Membayar itu salah satu cara menjadi tuan atas duit, 
sebab hakikat membayar itu Anda berusaha untuk tidak menjual nilai jiwa Anda untuk dapatkan materi harta.

Sudah menjadi sains spiritual alam semesta, jiwa yang terjaga kemuliaannya maka jiwa tersebut akan dirunduki oleh uang karena jiwa Anda pusat penciptaan tertinggi dan termulia. Maka ini saya yang sudah lupa untuk dapatkan discount saat bayar hutang, malahan dipaksa-paksa menerima discount.

Imam Ali bin Abi Thalib berkata dalam satu khutbahnya;

أَرَادَتْهُمُ الدُّنْيَا فَلَمْ يُرِيدُوهَا

"Dunia selalu mengarah kepada mereka, tetapi mereka tidak tertarik kepada dunia."

وَ أَسَرَتْهُمْ فَفَدَوْا أَنْفُسَهُمْ مِنْهَا

"Dunia menangkap mereka tetapi mereka membebaskan diri darinya dengan tebusan."

Semacet apapun jalan raya, ada ambulan lewat, semua kendaraan harus berusaha minggir. Di dalam ambulan ada jiwa manusia yang harus diselamatkan maka ini ambulan menjadi raja jalanan, hingga lampu merah lalu lintas sah ditabrak, trotoar sah dijadikan perlintasan.

Ketika ada bencana alam, jiwa Anda yang diselamatkan dahulu, lainnya belakangan.

Begitu tinggi kan harga penciptaan Anda? Duit tidak akan bisa membelinya, harta benda tidak ada yang bisa menyamai nilai jiwa Anda.

Begitu tinggi nilai jiwa Anda jadikan Anda berpotensi dikejar-kejar seisi material harta benda alam semesta. Masalahnya Anda sangat bernilai, Anda sangat mulia dan terhormat, sehingga kecenderungan alam semesta merunduk sujud, mendatangi dan melayani Anda.

Tidak ada satupun benda di alam materi ini yang senilai dengan jiwa Anda dan bisa untuk membayar nilai jiwa Anda, maka ini alam semesta lalu mewujudkan alat bayar seperti uang agar Anda jangan sampai menjualbelikan harga diri Anda untuk dapatkan sesuatu.

Uang hanya alat bayar, maka ini energinya pun energi netral, tidak berpihak pada kebaikan ataupun keburukan.

Jiwa yang berkualitas baik bisa dikejar-kejar uang, jiwa yang berkualitas buruk juga bisa dikejar-kejar uang. Uang netral-netral saja. Abdurrahman bin Auf dikejar-kejar uang karena darma baiknya, Maria Ozawa juga dikejar-kejar uang karena karma seni pornonya.

Asal ada jiwa yang hidup, di situ uang berkenan mengejar tanpa harus mengenali positif dan negatifnya, maka kucing pun dikejar uang karena di dalam diri kucing ada jiwa yang hidup.

Hanya alat bayar makanya uang itu energinya netral, bahkan uang tidak mengenali kemiskinan atau kekayaan. Money politic dan risywah bentuk kemiskinan di mana membeli dosa dengan uang, sedekah dan darma bentuk kekayaan di mana membeli pahala dengan uang. Dosa dan pahala, dua-duanya bisa dibayar dengan uang.

Karena sekedar alat bayar, membayar bisa menjadi alat Anda untuk kaya dan bisa menjadi alat untuk miskin.

Uangnya berenergi netral, getaran rasa si pembayar yang terunggah ke alam semesta yang jadikan energinya positif atau negatif.

Membayar menjadi energi negatif ketika uang digetarkan dengan rasa kemiskinan. Ini terjadi apabila Anda membayar tetapi bukan untuk meninggikan jiwa Anda, namun untuk merendahkan jiwa Anda, misal risywah dan money politic.

Membayar menjadi energi positif ketika uang digetarkan dengan rasa kaya. Ini terjadi ketika Anda membayar untuk meninggikan jiwa Anda.

Anda inginkan es krim, dengan bayar 5 ribu rupiah, jiwa Anda terjaga mulianya. Andai Anda menukarkan es krim dengan kemuliaan jiwa Anda dengan Anda menyadongkan tangan, maka jiwa Anda menyalahi fitrah penciptaan kemuliaan jiwa manusia.

Dalam berbagai adat budaya, aturan agama-agama, uang selalu menjadi alat tebus jiwa ketika jiwa manusia mengalami penurunan kualitas.

Dalam Islam ada diyat, di mana dosa kriminalitas dibayar dengan uang, ada damm atau denda di mana kesalahan ritual haji dibayar dengan uang, ada kifarat di mana uang menyelesaikan masalah puasa dan pelanggaran sumpah, ada jizyah di mana uang menyelesaikan masalah kewajiban warga pada negara, ada zakat di mana uang bisa menyucikan jiwa manusia atau harta, dan lain-lain.

Perundangan pidana di semua negara dan adat masyarakat pasti ada hukum denda, di mana pelanggaran hukum dibayar dengan uang.

Membayar dapat menjadi alat tebus jiwa Anda, kekayaan jiwa dapat Anda tebus dengan membayar. Sebab ini rajin membayar jadikan jiwa Anda terjaga kekayaannya. Kapan jiwa Anda kaya, jiwa Anda akan meng-upload kekayaan ke alam semesta dan selanjutnya menurunkan kekayaan harta di alam nyata. Maka ini membayar itu cara untuk mengubah mentalitas kaya.

Saya Muhammad Nurul Banan dan mas Arif Rahutomo insya Allah akan berkunjung ke Jakarta
Dalam acara Spirit of Ramadhan tanggal 12 Mei mendatang. Bagi anda yang ingin sinau silahkan menghubungi Happy Darmawan untuk info lanjut.

bit.ly/spiritramadhan

Muhammad Nurul Banan
ARIF RH PAGE

TUHAN MENANTIMU, DI GARIS FINISHMU ...

Sebenarnya, hidup itu bukanlah perlombaan ... Kalau pun perlombaan, sebenarnya kita ada di sebuah turnamen, dimana pesertanya adalah diri kita sendiri sendiri ... Setiap orang, akan dapat pialanya masing-masing ...

Karena hal ini kurang disadari, dikiranya hidup adalah perlombaan konvensional ... Rasa kita kadang terganggu, saat lihat orang lain sampai garis finish duluan ... Lalu kita merasa kalah, merasa jadi pecundang ... Dan menjadi tidak sabar, dengan proses kita sendiri ...

Tuhan selalu mencintaimu, menunggumu di garis finish, menyiapkan pialamu ... Persoalannya, kamu yang kadang tidak mencintai dirimu sendiri ... Kamu tidak melihat pialamu, ada di track berlarimu sendiri ... Karena kamu terlalu sibuk, melihat tetanggamu, mengangkat piala di podiumnya ...

*sunan_kaliurang_words
Copas Arif Rh
Cemilan pagi

Memutus Pengulangan Pola 
Oleh Arif Rh

Banyak persoalan hidup yg dialami seseorang adalah pola yg sama dgn yg dialami generasi sebelumnya/orang tuanya.

Jika seseorang tidak menyadari pola, dia hanya akan mengulangi pola sebelumnya ... Kalo pola sebelumnya baik gak apa-apa ... Kalo polanya gak baik ini yg jadi persoalan ...

Pola itu akan menghadirkan pola yg sama juga, bahkan di luar lingkaran keluarganya ... Misalnya, Ayah atau Ibunya bermasalah soal X ... Nah anaknya begitu juga ... Terus lha kok dapat pasangan hidup (suami atau istri), yg orang tuanya (mertuanya) juga masalahnya juga begitu ... Sama ... Mirip ... Pola yg sama akan mengundang pola serupa ...

Kesadaran adalah modal awal untuk kita bangkit dari hidup dan kehidupan. Kalau kita tidak sadar betul dlm menjalani hidup ini, maka masa depan kita hanyalah pengulangan - pengulangan dari masa lalu.

Pengulangan itu bisa diubah, diputus polanya... step pertama untuk memutus pengulangan itu adalah MENYADARI BAHWA SEMUA INI PENYEBABNYA ADALAH ADA PADA DIRI SAYA SENDIRI atau DARI DIRI SAYA SENDIRI ... Dengan step itu, seseorang akan berhenti melihat keluar, dan mulai melihat ke dalam ...

Setelah seseorang melihat kedalam ... Maka yg di dalam berubah ... Dan saat yg di dalam berubah ... Yang di luar (realita) berubah ...

Untuk memutus rantai pengulangan peristiwa itu kuncinya adalah menerima peristiwa itu apa adanya, menyelami apa pelajarannya / hikmah di baliknya, sehingga kita bisa mengubah sudut pandang atas kejadiannya ...

Namun mengapa untuk menerima peristiwa apa adanya itu kadang sulit? Mengapa untuk menyelami pelajaran dari sebuah peristiwa itu kadang tidak mudah? Mengapa untuk mengubah sudut pandang kadang kadang butuh waktu yang lama? Karena ada rekaman emosi yang intensif dalam diri yang menghalangi kita untuk menerima, belajar dan mengubah sudut pandang atas peristiwa ...

Jadi apa pe-er untuk memutus rantai pengulangan peristiwa buruk dalam hidup? Ya membuang rekaman emosi dalam diri yang berkenaan dengan peristiwa itu ... Misalnya anda pernah dulu pernah dikhianati, lalu hingga kini kalo ingat peristiwa itu masih ada emosi negatif yang intensif ... Masih jengkel misalnya ... Waspadalah karena itu berarti rekamannya masih ada ... Sehingga ada kemungkinan mengulang untuk kesekian kalinya ...

Saat frekuensi emosi anda masih berada di situ ... Maka siaran "televisi kehidupan" anda yang tampil ya itu ...

Pada saat kita memicu hal-hal yg sama, ujiannya akan selalu sama. Itu lagi, itu

DUNIA NON LINIER

Salah satu guru saya, mas Arif Rh undur diri dari dunia facebook, khususnya facebook personal.

Begitulah kehidupan bagi pejalan yang menggunakan petunjuk dari keheningan sebagai kompas kehidupan. Tidak logis, irrasional. Hidup bukan atas kehendak masyarakat, tapi tuntunan dari dalam diri.

Saya mulai kenal Mas Arif sejak lama, sejak dikenalkan oleh Grand Master Hipnoterapi indonesia, almarhum Pak Yan Nurindra. Sejak itu langsung terpukau oleh tulisannya. Yang sangat cocok bagi saya yang dulu logisnya sangat kuat.

Tidak semua dari hidup ini harus masuk akal. Karena akal kita belum tentu selaras dengan rencana Tuhan atau rencana semesta ciptaan Tuhan.

Tidak semua rencana logis berakhir indah. Bagi praktisi keheningan, lebih sering malah petunjuk keheninganlah yang sering melengkapi keindahan kehidupan.

Area logis itu area kepala. Arena non logis atau non linier itu area hati. Mungkin sudah saatnya kita masuki zaman rancangan hati, bukan hanya rancangan kepala.

Akhirnya rencana semesta ciptaan Tuhanlah yang sering menang, dibanding rencana manusia yang sering dicampuri biar penafsiran beraroma nafsu pemenuhan ego.

Karena area hati seringnya tidak logis. Sudah saatnya kita belajar pasrah. Belajar menjadi pribadi yang kuat yang siap dengan segala kemungkinan.

🙏🙏🙏



Posting Komentar untuk "Tidak ada hubungan antara kekayaan dengan "