Anak Menangis

Anake enyong siang ini nangis nggoar nggoar. Minta ke TK. Main ayunan. Tapi sedang bedug. Jam 12.00 siang. Merengek-rengek. Saya ngantuk. Jadi saya biarin saja. 


Tidak selalu ketika jam dhuhur, anak main ke TKnya. Acak. Tidak tentu. Kadang agak pagi kadang sore. Tergantung mood. Pergi ke TK itu semacam rutinitas kesenangan anak. 

Sudah saya biarkan anak nangis. Kunci mulut rapat rapat. Tahan emosi. Anak mukul, papah oke. Anak nendang, papah oke. Anak tarik,  papah oke. Diem saja. Mungkin istri tidak tega suami di pukul-pukul sama anak. Jadi ikut membela.

 Akhirnya sifat reptilnya muncul antara ibu dan anak. Saling marah. Berpindah dari saya dan anak ke dari ibu dan anak. Anak terus nangis. Padahal seharusnya istri tahan diri. Lihat saja. Mungkin saking pedulinya jadi ikut nasihatin anak agar tidak pergi saat bedug.

Entah mengapa saat bedug dilarang pergi. Saya tidak mengerti alasannya. Turun temurun diajarkan begitu. Padahal bulan kemarin kemarin saat bedug adalah saat yang ditunggu. Untuk berjemur dari pirus congorna. 

Kasihan juga sih lihat anak belum ngantuk disuruh tidur. Tidur seharusnya berlangsung secara alami. Kalau capai. Langsung tidur. 

Anak bangun jam 07.00, jam 12.00 siang disuruh tidur baru 5 jam aktivitas. Rata rata 7 jam seharusnya anak baru dipaksa tidur. Baru siklus memasuki 5 jam. Kurang 2 jam lagi. 

Ini semua sebenarnya salah orang tuanya juga. Tidurnya jam 12 malam. Jadi anak ikut. Anak bangunnya jadinya siang. 

Coba lihat kebiasaan nabi. Nabi itu tidur jam 20.00 malam. Setelah isya. Lha kami disini jam 24.00 baru tidur. Bahkan kadang jam 01.00 baru   tidur. Apanya yang mencontoh nabi. 4 jam dari anjuran tidur sesuai sunah. 

Sekarang bayangkan jika anak tidur jam 21.00 lalu anak bangun jam 05.00 pagi. Jam 12.00 siang dijamin anak sudah ngantuk. Jadi jam 12.00 siang adalah waktu yang pas untuk bobi siang secara alami bagi anak. Tidak perlu dipaksa.

Tapi keluargaku memang keluarga ngablu. Semua ngablu. Hanya 1 orang yang yang mempertahankan tradisi nenek moyang bangun pagi setiap pagi. Jam 04.30 sudah bangun. Selainnya ngablu semua. Dari mertua sampai ayah sendiri. Ngabluuuuu. 

Kembali ke soal waktu di larang keluar rumah. Kalau maghrib dilarang pergi lha saya tahu alasannya. Memang ada larangan dari Nabi. Jangan keluar kalau sedang magrib. Katanya setan sedang pada keluar. Waktu maghrib itu ada pergantian energi antara yang ke yin. Antara energi maskulin dan feminim. Jadi baiknya di rumah saja. 

Anak kecil tahunya adalah keinginan dipenuhi. Titik. Tahunya ada orang yang baik yang memenuhi semua keinginananya. Kalau dipenuhi maka baik kalau tidak dipenuhi maka buruk. Belum tahu mana yang risiko dan tidak. Belum tahu mana yang baik dan mana yang buruk.

Waktu bedug. Mungkin itu adalah waktu perpindahan energi juga. Sehingga sebaiknya dipakai di dalam rumah. Dunia ini dibentuk oleh 2 kekuatan. Siang malam, laki-laki perempuan, hitam putih, kiri kanan, langit bumi, panas dingin, dan diantara perubahan antara 2 energi tersebut sering menimbulkan tekanan bagi jiwa.  Maka sebaiknya tinggal dirumah sebentar.

Entah kenapa setan selalu dijadikan alasan dan kambing hitam. Setan pula yang ditanamkan agar anak takut. Kalau anak ditakut takuti tentang setan jadi manut, taat, patuh. Karena alasan inilah setan begitu dibutuhkan sebagai media pendidikan. Jangan begini begitu karena ada setan.

Saya tersenyum dalam hati membahas soal ini. Karena sesungguhnya Quran itu bilangnya adalah :

"... dari kejahatan bisikan setan yang bersembunyi, yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia, dari (golongan) jin dan manusia." Qs An Nas 4-6 

Jelas bingit bahwa yang namanya setan itu dari golongan manusia juga. Setan dari bangsa manusia yaa manusia. Setan di bangsa jin ya jin. Kan seharusnya begitu. Jangan disamakan bahwa jin itu setan. Jin jahat itu berbahaya, namun lebih berbahaya manusia jahat. 

Dan akhirnya karena anak capai nangis, tidur deh secara alami. Kalau ingin anak tidur secara alami apakah harus ditangis dahulu ???

Posting Komentar untuk "Anak Menangis"