Jangan Mau di ajak susah
Hasanudin Abdurakhman
Masih Soal Perempuan yang Harus Mau Diajak Susah
Kesannya, perempuan itu adalah yang diajak. Artinya pasif. Diajak senang ayo. Diajak susah, harus manut. Dalam istilah lain, "swargo nunut, neroko katut". Ini semua berbasis pada pandangan bahwa perempuan itu sekadar pengikut.
Faktanya, sepanjang zaman kita sebenarnya menyaksikan ada begitu banyak perempuan yang sebenarnya adalah pemimpin di rumah tangganya. Ia yang punya gagasan untuk mengubah nasib. Ia juga yang berdiri di depan dalam perjuangan. Ada yang membuat suaminya jadi tergerak untuk maju bersama. Ada yang berdiri di depan, menarik suaminya yang lamban, untuk bergerak maju. Ada yang suaminya tak kunjung bergerak maju. Akhirnya ia jalan sendiri, suaminya hanya jadi beban. Ada yang tak sanggup menanggung beban suaminya, kemudian ia tinggalkan.
Namun keberadaan perempuan-perempuan seperti itu sering coba dihapus dari kesadaran kita. Gambarannya tetap sama, yaitu laki-laki adalah pemimpin dan pengendali, perempuan hanya menemani.
Saya katakan, perempuan jangan mau diajak hidup susah. Kalau suamimu mengajak hidup susah, katakan,"Aku tak mau. Aku tak sudi hidup susah. Ayo kita berjuang, agar keluar dari kesusahan." Artinya, sadari bahwa kesusahan bukan sesuatu yang tak bisa diubah. Arti lainnya, kau, perempuan, juga bisa berjuang untuk membasmi kesusahan. Kau bukan pengikut.
Hasanudin Abdurakhman
Saya cukup banyak menemukan perempuan yang akhirnya meninggalkan suaminya. Dia bekerja, suaminya tidak. Sampai punya anak, suaminya tetap tidak mau bekerja. Tidak mau serius. Ada yang pernah bekerja, berhenti karena alasan tidak masuk akal. Misalnya, karena merasa pekerjannya berat. Intinya, tidak punya komitmen, tak ada daya juang.
Ada janda yang dulu pernah saya santuni secara rutin. Ia tadinya bekerja, lalu berhenti. Berharap dengan begitu suaminya mau berubah. Ternyata tidak berubah juga. Padahal ia sudah terlanjur berhenti, tak mudah mendapat pekerjaan baru. Akhirnya terpaksa jual rumah untuk membiayai hidup, dan tinggal berpindah-pindah dari kontrakan satu ke kontrakan lain. Sementara 2 anaknya sudah butuh biaya untuk sekolah.
Suaminya ia tinggalkan. Setelah itu suaminya tetap tak menunjukkan tanggung jawab. Ia harus pontang-panting untuk membiayai hidup.
Kepada anak saya yang perempuan selalu saya tekankan satu hal. "Jangan sekadar mengandalkan perasaan. Pilih calon suamimu. Jangan asal ganteng atau pandai merayu. Cari yang punya rasa tanggung jawan terhadap hidupnya. Cari yang punya rencana untuk masa depan."
"Itu pun tak menjamin. Bisa saja dia berubah, suatu saat dia meninggalkan tanggung jawab terhadap kamu. Makanya tak cukup dengan memilih suami yang baik. Bekali diri kamu dengan kemampuan untuk membiayai hidupmu sendiri."
Kepada anak laki-laki saya nasihati. "Kalau pun kamu akhirnya meninggalkan istrimu karena suatu hal, pastikan ia tidak melarat. Kau tidak hanya punya kewajiban menafkahi anak-anakmu, tapi juga mantan istrimu. Karena bagaimana pun juga, dia adalah ibu dari anak-anakmu."
10 jam · Publik
Hasanudin Abdurakhman
Juragan roti, orang Taiwan (52 tahun) yang berbisnis dan tinggal tak jauh dari rumah kami ditemukan dalam keadaan tewas di Subang. Hasil pemeriksaan polisi, tersangka pembunuhnya adalah sekretarisnya. Ia menyewa 2 orang untuk menghabisi juragan di rumahnya, kemudian mayatnya dibawa dan dibuang.
Motifnya? Menurut keterangan, si sekretaris sedang hamil.
Saya akui, ngendalikan kontol emang sulit.
Posting Komentar untuk "Jangan Mau di ajak susah"
Posting Komentar