Olah nafas dalam Bahasa Al Qur'an Islam

📚 SEDIKIT RAHASIA TENTANG NAFAS
( Seri Kajian Bulan Rabiul Awal No. 01 )

Oleh: Yeddi Aprian Syakh al-Athas

* Mohon dibaca dengan perlahan karena tulisan ini cukuplah panjang.

Bismillaahirrahmaanirrahiim,

Dalam sebuah riwayat dari Ibnu Abi Dunya ra bahwa Nabi Daud as berdoa kepada Allah Swt: 
“Wahai Tuhan, beritahukanlah kepadaku Nikmat-Mu yang paling dekat kepadaku.”

Kemudian Allah Swt mewahyukan kepada Nabi Daud as: 
 “Wahai Daud, bernafaslah". 

Maka Nabi Daud as pun bernafas. 

Lalu Allah Swt berfirman:
“Inilah Nikmat-Ku yang paling dekat denganmu.”

*****

Nah pertanyaannya adalah ada apa dengan NAFAS kita hingga Allah Swt meminta Nabi Daud as untuk ber-NAFAS dan mengatakan  NAFAS sebagai nikmat yang paling dekat dengan Allah Swt...?

Dan secercah pencerahan atas pertanyaan di atas akhirnya saya temukan di dalam buku yang berjudul “The Secret of 5 Elements” yang ditulis oleh seorang Peneliti dan Praktisi Terapi Energi 5 Elemen yang bernama Aleysius H. Gondosari. 

Dalam buku tersebut, Aleysius H. Gondosari memaparkan sebuah hasil penelitian ilmiah yang memberikan kesimpulan bahwa ada korelasi antara usia hidup beberapa hewan yang menjadi sampel penelitian dan frekuensi tarikan napasnya dengan hasil sebagai berikut:
— Anjing mempunyai frekuensi bernapas 50 kali per menit. Dan usia anjing bisa mencapai 14 tahun.
— Kuda mempunyai frekuensi bernapas 35 kali per menit. Dan usia kuda bisa mencapai 30 tahun.
— Gajah mempunyai frekuensi bernapas 20 kali per menit. Dan usia gajah bisa mencapai 100 tahun.
— Kura-kura mempunyai frekuensi bernapas 5 kali per menit. Dan usia kura-kura bisa mencapai 400 tahun.
— Ular mempunyai frekuensi bernapas 2 kali per menit. Dan usia ular bahkan bisa mencapai 1.000 tahun.

Dari hasil penelitian di atas, Aleysius H. Gondosari menyimpulkan bahwa ada korelasi antara frekuensi bernafas dan usia hidup dimana semakin rendah frekuensi bernapas maka semakin panjang usia hidupnya. Dan pada buku yang sama, Aleysius H. Gondosari juga menyebutkan bahwa seorang manusia normal bernapas dengan frekuensi bernapas 14-16 kali per menitnya. Dan ia mengatakan bahwa menurut perhitungannya bahwa seharusnya manusia bisa mencapai usia 150 tahun, tetapi mengapa umumnya manusia meninggal di bawah usia 100 tahun.

Apa sebabnya?

Mari kita cermati bersama ...

— Seekor anjing mempunyai frekuensi bernapas 50 kali per menit atau membutuhkan waktu 1,2 detik untuk setiap kali bernapas. Dan dengan waktu bernapas 1,2 detik ini, seekor anjing bisa mencapai usia 14 tahun.
— Seekor kuda mempunyai frekuensi bernapas 35 kali per menit atau membutuhkan waktu 1,71 detik untuk setiap kali bernapas. Dan dengan waktu bernapas 1,71 detik ini, seekor kuda bisa mencapai usia 30 tahun.
— Seekor gajah mempunyai frekuensi bernapas 20 kali per menit atau membutuhkan waktu 3 detik untuk setiap kali bernapas. Dan dengan waktu bernapas 3 detik ini, seekor gajah bisa mencapai usia 100 tahun.
— Seekor kura-kura mempunyai frekuensi bernapas 5 kali per menit atau membutuhkan waktu 20 detik untuk setiap kali bernapas. Dan dengan waktu bernapas 20 detik ini, seekor kura-kura bisa mencapai usia 400 tahun.
— Seekor ular mempunyai frekuensi bernapas 2 kali per menit atau membutuhkan waktu 30 detik untuk setiap kali bernapas. Dan dengan waktu bernapas 30 detik ini, seekor ular bisa mencapai usia 1.000 tahun.

Lalu bagaimana dengan manusia...?

Ternyata seorang manusia normal bernapas dengan frekuensi bernapas 14-16 kali per menit atau membutuhkan waktu 3,75 - 4,28 detik untuk setiap kali bernapas. Dan dengan waktu bernapas 3,75 - 4,28 detik ini seharusnya seorang manusia bisa mencapai usia lebih dari 100 tahun, karena hanya dengan waktu bernapas 3 detik saja, ternyata seekor gajah bisa mencapai usia 100 tahun.

Lalu mengapa justru manusia meninggal di bawah usia 100 tahun ...?

Jangan-jangan penyebabnya bukan pada waktu lama bernafasnya tapi justru ada yg salah pada pola bernapasnya.

Mari kita cari tahu bersama ...

Kita akan mencari tahu jawabnya lewat perbandingan pola bernafas seorang manusia pada beberapa kelompok umur yang berbeda.

— Seorang bayi, seorang anak yg berusia 5 tahun dan seorang remaja yg berusia 15 tahun memiliki pola bernafas sbb: menarik napas selama 3 detik, menahan napas kurang dari 0,5 detik, dan mengeluarkan napas kurang dari 0,5 detik. Total untuk satu kali napas adalah selama 4 detik dengan pola bernapas 3-0,5-0,5 detik.
— Orang dewasa yg berusia 21 tahun memiliki pola bernafas sbb: menarik napas selama 2 detik, menahan napas kurang dari 0,5 detik, dan mengeluarkan napas kurang dari 0,5 detik. Total untuk satu kali napas adalah selama 3 detik dengan pola bernapas 2-0,5-0,5 detik.
— Orang dewasa yg berusia 30 tahun memiliki pola bernafas sbb: menarik napas selama 1 detik, menahan napas selama 1,5 detik, dan mengeluarkan napas kurang dari 0,5 detik. Total untuk satu kali napas adalah selama 3 detik dengan pola bernapas 1-1,5-0,5 detik.
— Orang dewasa yg berusia 35 tahun memiliki pola bernafas sbb: menarik napas selama 0,5 detik, menahan napas selama 2 detik, dan mengeluarkan napas kurang dari 0,5 detik. Total untuk satu kali napas adalah selama 3 detik dengan pola bernapas 0,5-2-0,5 detik.

Ternyata seiring bertambahnya usia, rata-rata seorang manusia membutuhkan total waktu sekitar 3 detik untuk setiap kali bernapas, dan ini sama dengan waktu lama bernapas seekor gajah yg juga membutuhkan waktu sekitar 3 detik untuk setiap kali napasnya. 

Lalu mengapa dengan waktu bernapas yang sama, justru seekor gajah mampu mencapai usia hingga 100 tahun, sementara seorang manusia umumnya hanya mencapai usia hingga 60 atau 70 tahun saja. Pasti kesalahan bukan pada waktu lama bernapasnya namun kesalahannya mungkin ada pada pola bernapasnya. 

Dari perbandingan pola bernapas manusia pada kelompok umur yg berbeda, jelas terlihat bahwa kemampuan menarik napas manusia terus menurun hingga mencapai 0,1 detik saja pada usia 50 tahun, sementara kemampuan menahan napasnya justru menjadi semakin lama hingga mencapai 2,4 detik ketika usianya mencapai 50 tahun. 

Jadi ternyata permasalahannya justru terletak pada kemampuan menarik napas dan menahannya. Dan inilah yg menjadi rahasia panjang umur seekor bangau dan kura-kura yg berhasil diungkap oleh para Kaisar China di masa lampau dimana mereka berhasil menemukan bahwa rahasia panjang umur seekor bangau dan kura-kura adalah pada pola bernapasnya, yg dilakukan dengan cara menarik napas yg panjang dan dalam dan kemudian menahannya selama mungkin untuk kemudian dikeluarkan.

Menarik napas yg panjang dan dalam akan menyebabkan paru-paru, darah, pembuluh darah dan organ-organ tubuh lainnya seperti otot, syaraf, otak dan panca indera menyerap sebanyak mungkin oksigen (O2) dan menyimpan sedikit mungkin karbondioksida (CO2), sedangkan menahan napas selama mungkin bertujuan agar proses biologis pertukaran udara di dalam paru-paru dapat berlangsung dengan sempurna.

Nah dalam Kitab Vedik, menarik napas yg panjang dan dalam lalu kemudian menahannya selama mungkin dikenal dengan istilah “Kumbhaka-Yoga”. 

Dalam Kitab Vedik, Srila Prabhupada mengatakan sbb,
“Jika kalian menguasai ilmunya, meskipun ditimbun dalam tanah sekalipun, maka kalian akan bisa tetap hidup dengan sangat lama. Inilah yg dikenal sebagai Kumbhaka-Yoga.” 

Jadi menurut Vedik, dengan melakukan praktik “Kumbhaka-Yoga” maka makhluk hidup bisa tidur seperti sedang berhibernasi selama ratusan tahun lamanya dengan organ tubuh yg sepenuhnya berhenti, namun masih tetap bisa dibangunkan lagi. Praktik “Kumbhaka-Yoga” inilah yg dijalani oleh seekor katak dimana dengannya ia bisa berdiam di bawah tanah hingga mencapai usia 10 ribu tahun.

Dan dalam konteks Ajaran Yoga Kuno yg diwariskan oleh para Leluhur Nusantara dalam berbagai naskah lontar kuno seperti Jnanasiddhanta, Ganapati Tattwa, Sanghyang Jnana Tattwa, Sanghyang Nawaruci, Wrhaspati Tattwa, Bhuwana Kosa, Sanghyang Kemahayanikan, dsb, praktek pengaturan napas yg terdiri atas proses menarik napas, menahan napas dan mengeluarkan napas ini dikenal sebagai “Pranayama” yg terdiri atas:

— PURAKA, yakni menarik napas.
— KUMBHAKA, yakni menahan napas.
— RECAKA, yakni mengeluarkan napas.

Dan yg dimaksud dengan “Pranayama” disini bukan hanya semata-mata berfokus pada persoalan bernapas ataupun proses bernapas dengan cara tertentu, namun inti dari praktek “Pranayama” sendiri adalah tentang “Retensi Napas” yg disebut sebagai “Kumbhaka” yg dilakukan pada dua titik, yakni pertama, ketika napas telah mengisi paru-paru dan kemudian menahan napas di dalam, dan kedua, ketika mengosongkan paru-paru dan kemudian menahan napas di luar.

Dari sinilah kemudian dikenal adanya dua istilah “Kumbhaka” yaitu:

— ANTAH-KUMBHAKA, yakni menahan napas ketika paru-paru berada dalam kondisi penuh dengan udara.
— BAHIH-KUMBHAKA, yakni menahan napas ketika paru-paru berada dalam kondisi kosong dari udara.

Kedua istilah “Kumbhaka” inilah yg dalam Ajaran Ilmu Meditasi Sunda Kuno disebut sebagai “Kumbhaka dan pasangannya”. 
Dalam Kitab Sunda Kuno disebutkan bahwa “Kumbhaka” selain sebagai ucap perintah dalam laku meditasi, ia juga merupakan wujud benda yg nantinya akan dipakai oleh sang Ratu Adil Paramartha bilamana sang ratu tersebut dinobatkan memakai Mahkota Keprabuan Kekaisaran Sunda. “Kumbhaka dan pasangannya” ini setiap tahun dirituali tanpa henti dan hanya orang-orang tertentu  yg mengetahui maksud dan tujuan merituali “Kumbhaka dan pasangannya” itu, dan mereka pun mengetahui rahasia dari “Kumbhaka dan pasangannya” tersebut, yang salah satunya menjadi syarat mutlak cairnya Harta Amanah Sunda (HAS) yg tentu saja mensyaratkan adanya sabda dan perintah dari Sang Guru yg menguasai komando “Pranayama” yg terdiri atas: Puraka, Kumbhaka dan Recaka. Tanpa sabda dan perintah dari Sang Guru, maka pencairan Harta Amanah Sunda (HAS) dalam rangka mewujudkan konsep “ONE” atau “Ordo Novus Empire” yg bermakna “Seluruh peradaban dunia akan berada dalam satu otoritas mutlak Kekaisaran Sunda” tidak akan pernah dapat terwujud. Begitulah yg disebutkan dalam Kitab Sunda Kuno.  

Sementara dalam konteks Islam Kejawen, tepatnya dalam Kitab Induk Serat Wirid Hidayat Jati yg ditulis oleh Raden Mas Ngabehi Ronggo Warsito atau yg dikenal  pula sebagai Kyai Ageng Burhan, “Kumbhaka dan pasangannya” yg dikenal dengan istilah “Antah-Kumbhaka” dan “Bahih-Kumbhaka” ini dikenal sebagai “TANAFAS” dan “NUFUS” sebagai bagian dari “CATUR NAFAS” yg terdiri atas:

— NAFAS, yakni proses menghembuskan atau mengeluarkan nafas.
— NUFUS, yakni proses menahan napas setelah menghembuskan nafas keluar (dalam naskah lontar Yoga Kuno leluhur Nusantara dikenal sebagai “Bahih-Kumbhaka”).
— ANFAS, yakni proses menghisap atau menarik nafas.
— TANAFAS, yakni proses menahan napas setelah menghisap nafas masuk (dalam naskah lontar Yoga Kuno leluhur Nusantara dikenal sebagai “Antah-Kumbhaka”).

Dan ternyata rahasia tentang “Kumbhaka dan pasangannya” yg dikenal dengan istilah “TANAFAS” dan “NUFUS” ini juga diabadikan di dalam Al-Quran sbb,

وَالصُّبْحِ إِذَا تَنَفَّسَ

“Demi (waktu) Shubuh ketika TANAFAS.”
(QS. At-Takwir 81:18)

وَإِذَا النُّفُوسُ زُوِّجَتْ  

“Dan ketika NUFUS dipasangkan.”
(QS. At-Takwir 81:7)

رَبُّكُمْ أَعْلَمُ بِمَا فِي نُفُوسِكُمْ ۚ إِنْ تَكُونُوا صَالِحِينَ فَإِنَّهُ كَانَ لِلْأَوَّابِينَ غَفُورًا

“Rabbmu lebih mengetahui apa-apa yang ada di dalam NUFUS-mu. Jika kamu orang-orang yang sholih maka sesungguhnya Dia Maha Pengampun bagi orang-orang yang bertaubat.” (QS. Al-Isra 17:25)

Jadi Al-Quran sendiri rupanya  membenarkan apa yg tertulis dalam Kitab Sunda Kuno bahwa “KUMBHAKA” memiliki pasangan. Hanya bedanya adalah bahwa Al-Quran menyebutnya dengan istilah “NUFUS” yg memiliki pasangan yaitu “TANAFAS” dimana keberpasangan “NUFUS dan TANAFAS” ini diabadikan oleh Al-Quran dalam surat yg sama yakni Surat At-Takwir yg dikodifikasi dengan nomor urut Surat ke-81 dimana kata “At-Takwir” sendiri bermakna “menggulung”.

Di dalam Kitab Induk Serat Wirid Hidayat Jati disebutkan bahwa “NUPUS” merupakan ikatan RAHSA yg bertempat di hati FU’AD yang putih dan menjadi jembatan jantung. “NUPUS” merupakan udara yang sangat halus gerakannya, beraturan tetapi naik turun dengan sangat cepat sehingga keberadaannya tidak dapat dirasakan oleh manusia. “NUPUS” berpangkal di tulang ekor manusia sebagai bibit energi yg bersemayam dalam tubuh manusia, dan berpusat di otak halus bagian belakang serta berpintu di mata.

Inilah alasannya mengapa Imam Ali bin Abi Thalib ra menyebut FU’AD sebagai tempat terbitnya MA’RIFAT dimana kata FU’AD sebagai turunan dari kata AF’IDAH yg bermakna “manfaat” berfungsi melihat berbagai manfaat dari cintanya. FU’AD meraih manfaat dari proses melihat. Selama FU’AD tidak bisa melihat, maka hati tidak bisa mengambil manfaat dari pengetahuan yang ada. 

Dari sinilah kemudian keberpasangan NUFUS dan TANAFAS atau “ANTAH-KUMBHAKA” dan “BAHIH-KUMBHAKA” dianggap sangat penting diketahui rahasianya oleh sosok Sang Ratu Adil Paramartha sebagai salah satu syarat cairnya Harta Amanah Sunda (HAS) dan terwujudnya Ordo Novus Empire (ONE) Kekaisaran Sunda sebagai Otoritas Tunggal Peradaban Dunia. 

Demikianlah kajian singkat saya tentang Sedikit Rahasia tentang NAFAS.

Wallahu ‘alam Bish Shawab. 

Mohon maaf atas segala kesalahan karena Kesalahan semata-mata datangnya hanya dari diri saya pribadi dan Kebenaran datangnya semata-mata hanya dari Allah Swt Yang Maha Benar dan memiliki kebenaran yang tunggal dan bersifat mutlak. 

Salam RAH-AYWA,
🙏🙏🙏🙏🙏

Posting Komentar untuk "Olah nafas dalam Bahasa Al Qur'an Islam "