Cara pengobatan dengan rasa jengkel

DESAIN TUBUH INI MENGIZINKAN KITA MENGKONVERSI KESALAHAN MENJADI "TIKET" TERWUJUDNYA KEINGINAN

Salah satu momen yang sangat baik untuk melakukan reprogramming diri, mengenalkan suatu hal atau goal tertentu kepada pikiran bawah sadar sehingga mendukung seseorang untuk bisa mewujudkannya adalah ketika pikiran bawah sadar itu sedang dibukakan.
Kapan itu?

Ada beberapa momen, tapi yang saya ingin soroti adalah salah satu di antara beberapa momen tersebut yang menurut saya sangat powerful, setidaknya bagi saya, yaitu saat mengalami rasa sakit secara emosi.

Ya, saat jengkel atau mangkel (in javanese), marah, sedih, dan sebagainya.

Intinya pada saat ada rasa "mak clekit" atau "nyerrrr" di seputaran dada Anda.

Anda pasti paham lah ya, hahaha

Beberapa kali saat saya mengalami hal itu, saya diingatkan untuk memanfaatkan momen tersebut demi memprogram diri saya menjadi lebih baik dan berdoa untuk pencapaian yang sedang saya tuju.

Alhamdulillah banyak yang terwujud atas izinNya.

Sebenarnya sih, saya menyadari ada banyak faktor yang berperan dalam mewujudkan sesuatu, tapi jika satu faktor saja tidak dilakukan, perwujudan realita bisa ditunda.

Berarti satu faktor saja penting juga kan?

Nah, yang saya bahas kali ini memang kebetulan hanya satu faktor yang tadi saja, supaya tidak terlalu melebar.

Tapi siapa yang tahu kalau ternyata faktor inilah yang justru jadi penggenap dari sekian faktor lainnya bagi Anda?

Bisa juga kan?

Kita lanjutkan yuk...

Dari faktor yang satu ini, kita justru bisa menemukan kekaguman kepada desain dari tubuh kita, sekaligus Sang Perancangnya.

Kenapa?

Coba amati pesan-pesan para guru. Baik beliau berasal dari sudut pandang spiritual, sains modern, psikologi, atau apapun.

Hampir semuanya sepakat bahwa dari sekian banyak rasa sakit secara emosi yang muncul pada diri seseorang, letak kesalahan atau bahkan kebodohannya kalau digali lebih dalam, sebenarnya ada di dalam dirinya sendiri, bukan pada orang lain maupun kejadian.

Orang lain dan kejadian hanyalah pemicunya saja.

Tapi uniknya, desain tubuh kita ini justru dibuat untuk mampu merespon kesalahan diri kita sendiri, yang berdampak pada rasa sakit secara emosi tadi, dengan cara membukakan pintu gerbang menuju perbaikan diri bahkan hingga terbukanya peluang keterkabulan doa pada saat itu juga.

Sekalipun diri Anda yang salah, yang bego, yang teledor, tapi jika pada akhirnya itu berakibat menjadikan Anda mengalami rasa sakit secara emosi, seketika itu pula Anda dibukakan momen yang bisa mengubah hidup Anda.

Entahlah ini disebutnya paradox atau apa, yang jelas itu artinya kita ini sangat enak dan beruntung sekali.

Saya beberapa kali merasakan sedikit gondok dan jengkel saat melakukan sesuatu yang bernuansa melayani, baik itu kepada guru, orang tua, maupun yang lainnya.

Ini kan sebuah hal yang sangat bego, mengingat sebenarnya melayani itu sebuah kebutuhan yang penting bagi berkembangnya jiwa seseorang.

Salah saya sendiri saat itu ego sedang dominan dan belum mau menunduk, sehingga berefek agak sakit hati.

Tapi bila dalam keadaan jengkel tersebut saya memotivasi diri dengan cara mengkonversinya ke dalam doa demi kebaikan dan tujuan saya, justru beberapa kali apa yang saya harapkan malah terwujud.

Bahkan terakhir tanpa saya duga-duga ada yang bernilai sangat besar bagi saya, tapi tidak bisa saya sebutkan di sini. 

Contoh lainnya, Guru saya sering bercerita ke mana-mana, bahwa beliau pernah didatangi seseorang yang puyeng karena dia banyak difitnah oleh orang-orang di sekitarnya sampai nggak ada yang percaya dengannya.

Padahal saat itu anaknya juga sedang dalam proses penyembuhan di rumah sakit, harus operasi, dan sebagainya yang butuh perjuangan dan pengorbanan besar.

Apa yang dilakukan oleh Guru saya?

Beliau justru menyarankan ke orang tersebut untuk menjadikan momen difitnah oleh orang-orang tadi sebagai sarana berdoa untuk kesembuhan anaknya.

Dan benar saja, anaknya bisa sembuh tanpa operasi sama sekali.

Udah mulai paham?

Difitnah, tentu ada pemicunya, yaitu kesalahan entah di level rasa diri maupun sudah dalam wujud perbuatan, meskipun bisa jadi cuma secuil yang kemudian dibesar-besarkan.

Tapi bila pada akhirnya itu menjadikan orang tersebut mengalami kejadian-kejadian yang memicu munculnya rasa sakit secara emosi pada dirinya, maka tiket perbaikan untuk diri maupun kehidupannya tetap ada di dalam genggamannya.

Mungkin itulah mengapa ada istilah bahwa orang yang teraniaya, doanya mustajab.

Orang bisa disebut teraniaya itu, karena dia tidak mampu membalas perbuatan orang yang dianggap menganiaya. Kalau bisa membalas dan melampiaskan emosinya, namanya bukan teraniaya.

Penyebab teraniaya itu mungkin juga sebenarnya karena kesalahannya sendiri.

Tapi karena dia tidak mampu melampiaskannya dan mengakibatkan dia mengalami rasa sakit secara emosi, maka dia jugalah yang mendapatkan momen untuk mencairkan tabungan energinya menjadi wujud pertolongan bahkan materi.

Ini karena rancangan tubuh kita dibuat sangat baik.

Perancangnya?
Sudah tentu Sang Maha Baik...

Jadi, sudah tahu kan apa yang mesti Anda lakukan saat Anda mengalami dinyinyiri, diremehkan, ditipu, dikhianati, patah hati, dan apapun yang memicu rasa "mak clekit" maupun "nyerrrr" muncul di dalam dada Anda?

Ya, sadari bahwa ada sesuatu yang salah di dalam diri Anda, niatkan untuk memperbaiki, sekaligus langsung saja beri diri Anda masukan-masukan yang baik atau berdoalah segera untuk hajat-hajat yang Anda miliki.

Terakhir....

Pahami dan sadari tulisan ini bukan untuk membenarkan Anda berbuat kesalahan dan kebodohan, tapi untuk mengabari Anda bahwa kalau sudah terlanjur melakukannya dan mendapatkan konsekuensinya, Sang Maha Pengasih dengan segala kasih sayangNya tetap menunjukkan eksistensiNya.

Jangan lupa juga bahwa menabung energi kebaikan tetap menjadi kebutuhan setiap jiwa 🙏🏻

#selfpiweling

Posting Komentar untuk "Cara pengobatan dengan rasa jengkel"