Terlalu berat


Terlalu berat 
.....
Saya bukan orang yang sempurna. Hampir 20 tahun ternyata mengamalkan buku ini sungguh menyakitkan. 

Sampai di stempel "tidak dapat dipercaya" oleh istri. Buku ini mengajarkan bahwa kita harus jangan punya kebiasaan yang tetap. Karena Kebiasaan membuat kita tidak kreatif. 

Yaa Allah. Aku harus bagaimana. Sudah lama sekali berkorban mengamalkan buku ini.

 Mungkin malam ini adalah malam dimana aku putuskan akan berhenti menjadi manusia kreatif versi buku ini. 

Aku mengacak-acak pikiranku puluhan tahun demi buku ini. Dalam kekacauan aku berusaha stabil.  Dan istri tidak akan pernah paham hal ini. 

Aku akan menjadi manusia biasa saja. Aku membangun pola kebiasaan saja. Mempersiapkan mati. Kata orang, orang mati sesuai dengan kebiasaannya. 

Aku juga sudah lelah tidak menyatu dengan alur ini semua. Mungkin saatnya aku bangun keterikatan-keterikatan baru. Tentu harus membangun rasa sakit dan rasa sakit yang baru. Karena dimana ada keterikatan pasti ada rasa sakit. 

Bermula dari hamil. Sakit. Perdarahan. Cuek. Sampai dokter bilang pendarahan itu bahaya dan bisa bikin meninggal. Mungkin aku di anggap membiarkan istri mati. Lewat perdarahan. Pantaslah sudah saya di cap suami tidak peduli istri. Atau di cap suami yang tidak mengamankan istri.

Mungkin jika hamil pertama aku pisah dari orang tua. Aku akan terlatih cepat tanggap. Aku akan lebih bisa belajar di kehamilan kedua.

 Tapi siapa yang menyuruh hidup bersama mertua. Tidak boleh lepas dengan orang tua. Itu semua membuat saya tumpul dan  lamban dan tidak tanggap terhadap kondisi kehamilan. Mungkinkah orang tua bisa disalahkan ??

Kondisi yang terjadi adalah kehamilan kasus lanjutan. Sungguh di luar kebiasaan. Aku sudah terlalu tumpul untuk peduli. Aku sudah terlalu tumpul untuk prosedur. 

Seharusnya jika sakit maka berobat. Sederhana. Tapi tidak aku lakukan. Semua orang juga tahu. Jika sakit yaa langsung berobat. Bukan curhat sama orang tumpul dan lamban seperti aku. Tidak menyelesaikan masalah. 

Ini sudah menjadi catatan waktu. 

Ternyata orang bodoh tidak boleh berkumpul dengan orang bodoh. Ketemunya hanya membuat  tambah debat. Dan dan tambah  kebodohan. 

Sungguh diluar kendali saya hal seperti ini. 

Aku mohon ampun kepada Allah atas ini semua. 

Saya pikir dengan membantu istri memasak, cuci piring, dst bisa menebus kekurangan sebagai suami. Ternyata masih saja saya di cap suami yang tidak luar biasa kepada istri. Aku masih di cap suami yang biasa saja kepada istri. Aku harus menjadi suami yang luar biasa kepada istri.

Aku pikir keterbukaan ku dalam hal isi hp, dalam hal keuangan bisa menebus kekurangan sebagai suami. Ternyata masih saja saya di cap suami yang tidak luar biasa kepada istri. Aku masih di cap suami yang biasa saja kepada istri. Aku harus menjadi suami yang luar biasa kepada istri.

Aku pikir itu semua sudah luarbiasa. Namun tetap saja masih biasa saja. 


Biasa saja. 


Iya 


Biasa saja. Sebuah kata yang sebenarnya membuat manusia bahagia. Namun sering di salah artikan. 

Dulu aku tidak ada..belum lahir. Semua biasa saja. Nanti saya mati. Pun dunia ini biasa saja. Dunia ini tidak bergetar atas kelahiran dan kematian kita. 

Saya bisa beli mobil. Pun dunia ini biasa saja. Bisa bangun rumah dunia ini pun biasa saja. Saya di cela manusia, dunia ini pun biasa saja. 

Saya lelah setiap hari perjalanan jauh, dunia ini pun biasa saja. Dipuji orang. dunia ini pun biasa saja. 

Aku pun mohon ampun kepada Allah jika filosofi hidup biasa saja membawa   kesalahpahaman dalam bersuami istri. 

Aku mencampur adukkan berbagai macam kebingungan ku. Sampai akhirnya aku menjadi semacam suami durhaka. Suami tidak peduli keluarga. Dan suami cuek. 

Aku mohon ampun. 

Sungguh kacaunya hidupku dengan berbagai macam ajaran-ajaran yang selama ini ku anut. Dan ini pasti membuat istri lelah. 

Aku terus mencari pegangan hidup. Dari prinsip menuju prinsip yang lain. Akan membuat pasangan hidup kita bingung. 

Tetap saja belum ada yang bisa mengerti kondisi ini. Termasuk istri. Terlalu berat bagi dia. 

Apalagi ditambah pikiran dia yang gampang menampilkan kondisi horor. Gampang khawatir. Aku memang harus sadar diri. 

Aku mohon ampun kepada Allah. 

Entahlah kedepannya bagaimana. Semoga aku tetap bisa menjadi suami yang baik. Dan bapak yang baik. Dengan kondisiku yang seperti ini.

Entah bagaimana lagi aku berprinsip. Jika saja ada tempat untuk berdiskusi tentang hidup ini. Pasti aliranku akan ke sana. Tapi mungkin bukan di keluarga ku. Aku harus menyadari bahwa keluargaku bukanlah bersifat seperti saya. 

Semoga aku bisa terus memperbaiki diri.

Posting Komentar untuk "Terlalu berat "